Jumat 12 Apr 2019 08:21 WIB

Direktur IMF: Penundaan Brexit Hindari Hasil Mengerikan

Penundaan Brexit tidak memberikan kejelasan tentang kapan dan bagaimana Brexit.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde.
Foto: AP
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan penundaan enam bulan keluarnya Inggris dari Uni Eropa menghindari hasil mengerikan dari Brexit tanpa kesepakatan, Kamis (11/4).

Lagarde pada konferensi pers selama pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia di Washington mengatakan, pengaturan yang baru saja tercapai tidak akan menyelesaikan masalah antara Inggris dan Uni Eropa. Pada Kamis (11/4) pagi, para pemimpin Uni Eropa memberi Inggris enam bulan lagi untuk menyelesaikan keluar dari blok 28-anggota, tetapi penangguhan itu tidak memberikan kejelasan tentang kapan, bagaimana, atau bahkan apakah Brexit akan terjadi.

Baca Juga

"Setidaknya Inggris tidak akan pergi pada 12 April tanpa kesepakatan. Ini memberi waktu untuk pembicaraan lanjutan antara berbagai pihak yang terlibat di Inggris. Mungkin memberi waktu bagi agen-agen ekonomi untuk lebih mempersiapkan semua opsi, terutama industrialis dan pekerja, untuk mencoba mengamankan masa depan mereka. Brexit tanpa kesepakatan akan menjadi hasil yang mengerikan," kata Lagarde.

Sementara itu dampak tidak langsung dari kisah Brexit beriak di seluruh dunia sampai batas tertentu. Tiga tahun sejak referendum Juni 2016 untuk meninggalkan Uni Eropa telah sangat membebani Inggris.

Ketidakpastian yang dihadapi bisnis Inggris telah 'menembus atap' karena Brexit merugikan investasi dan menimbulkan tantangan jangka panjang untuk produktivitas ekonomi. Gubernur Bank of England (bank sentral Inggris) Mark Carney mengatakan pada sebuah acara di sela-sela pertemuan IMF dan Bank Dunia.

Meskipun pasar tenaga kerja sangat ketat, bisnis telah menahan investasi sejak referendum. Carney mengatakan sementara risiko-risiko Brexit tanpa kesepakatan telah diturunkan, masih harus dilihat seberapa baik waktu tambahan digunakan.

"Ini memberikan jendela waktu bagi proses politik, khususnya di Inggris, untuk menempa konsensus di dalam Dewan Perwakilan Rakyat tentang bentuk perjanjian. Kami akan melihat bagaimana waktu itu digunakan," kata Carney.

Brexit hanyalah salah satu dari sejumlah risiko-risiko ekonomi yang mendorong IMF minggu ini memotong perkiraan pertumbuhan global untuk 2019 menjadi 3,3 persen, tingkat terendah sejak 2016, dengan sedikit rebound menjadi 3,6 persen yang diharapkan pada tahun depan.

Pejabat nomor dua IMF, David Lipton, mengatakan lembaga itu tidak memproyeksikan resesi global, tetapi perlambatan pertumbuhan membuat dunia berada di tempat yang sulit. "Kita harus khawatir tentang kemungkinan resesi," katanya saat berdiskusi di kantor pusat IMF.

Pejabat telah berulang kali menunjuk ketegangan-ketegangan perdagangan sebagai penyebab utama di balik perlambatan global. Gubernur Bank of Japan (bank sentral Jepang) Haruhiko Kuroda mengatakan dia tetap berharap ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor akan segera bangkit dari perlambatan, tetapi menambahkan bahwa pembicaraan perdagangan AS-Cina yang sedang berlangsung membayangi prospek global.

"Proteksionisme tidak menguntungkan Amerika Serikat maupun Cina," kata Kuroda kepada wartawan setelah tiba untuk pertemuan para pemimpin keuangan Kelompok 20 (G-20).

Kelemahan dalam perdagangan global membuat ekonomi lebih bergantung pada konsumen, kata Carney. "Biasanya ketika ekspansi bergantung pada konsumen, Anda mulai menonton jam, dalam hal berapa lama itu akan berlangsung."

Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz mengatakan tugas terpenting bagi para pemimpin adalah menghilangkan risiko-risiko politik yang menghambat pertumbuhan. "Adalah tugas kami menciptakan lingkungan kepastian sehingga perusahaan-perusahaan dan konsumen-konsumen dapat melakukan investasi," kata Scholz kepada wartawan saat pemberhentian pengisian bahan bakar singkat di Islandia dalam penerbangannya dari Berlin ke Washington.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement