Kamis 11 Apr 2019 08:24 WIB

Industri Kosmetik Ditarget Tumbuh Sembilan Persen Tahun Ini

Industri kosmetik dalam negeri mencapai 760 perusahaan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Pengunjung mencoba produk kecantikan dalam pameran produk kosmetik dan herbal di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (2/9).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung mencoba produk kecantikan dalam pameran produk kosmetik dan herbal di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus memacu pengembangan industri komestik dalam negeri guna berdaya saing global. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu pasar produk komestik yang potensial dilirik produsen. Targetnya, pertumbuhan industri kosmetik tahun ini mampu menyentuh level sembilan persen. 

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono optimistis target tahun ini meningkat. Hal itu seiring dengan berjalannya tren di masyarakat yang mulai memperhatikan produk perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama. Berdasarkan catatan Kemenperin pada 2017, industri kosmetik di dalam negeri mencapai lebih dari 760 perusahaan. 

Baca Juga

“Makanya dari total tadi, kira-kira 95 persen industri kosmetik nasional ini asalnya dari sektor IKM (industri kecil dan menengah),” kata Achmad dalam keterangan pers, Rabu (10/4). 

Dia menjelaskan, dari industrk yang skala menengah dan besar, beberapa industri kosmetik sudah mampu mengekspor produknya ke negara-negara di ASEAN, Afrika, Timur Tengah, dan negara ekspor tujuan lainnya. Masih mengacu data Kemenperin, ekspor produk kosmetik nadional mencapai 516,99 juta dolar AS atau naik sebesar 16 persen dibanding capaian tahun 2016 sebesar 470,30 juta dolar AS. 

Menurutnya, saat ini Kemenperin sedang fokus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri kosmetik melalui berbagai program dan kebijakan strategis yang memperkuat struktur sektor tersebut. Misalnya, dengan bertransformasi menerapkan teknologi digital untuk menciptakan nilai tambah tinggi di dalam negeri seiring terbukanya era industri 4.0 saat ini. 

Adapun pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen, kata dia, akan memberikan peluang baru guna meningkatkan daya saing industri dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup. 

Sebelumnya diketahui, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu pasar kosmetik yang cukup besar sehingga bisnisnya prospektif dan menjanjikan. Potensi pasar domestik ini antara lain meningkatnya jumlah populasi penduduk usia muda atau generasi millenial. 

“Sekarang ini, produk kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita yang merupakan target utama dari industri kosmetik. Dengan perkembangan zaman juga, industri kosmetik kita lihat mulai merambah pasar pria dan anak-anak,” kata Airlangga. 

Potensi lainnya adalah tren masyarakat untuk menggunakan produk alami. Sehingga hal itu membuka peluang munculnya produk kosmetik berbahan alami seperti produk-produk spa yang berasal dari Bali. Menurutnya, produk-produk spa dari Bali itu cukup diminati oleh wisatawan luar negeri. 

“Dengan branding yang baik diharapkan produk kosmetik nasional dapat mencapai kesuksesan seperti produk-produk kosmetik dari Korea Selatan,” kata dia. 

Airlangga berkeyakinan, dari aspek bahan baku, Indonesia memiliki keunggulan melalui keanekaragaman hayati baik yang berasal dari darat maupun laut. Adapun beberapa yang perlu dikembangkan antara lain ganggang laut dan marine collagen yang potensial untuk dikembangkan di pasar lokal dan global.

Untuk itu, kata dia, dalam upaya mengejar target pertumbuhan yang dicanangkan, proses ekstraksi untuk bahan baku industri kosmetik akan terus digenjot. Dia mencontohkan salah satu bahan baku yang potensial dan dapat dikembangkan adalah lidah buaya. Adapun lidah buaya saat ini bisa dikembangkan dan mampu menghasilkan kolagen serta essential oil. Diketahui, Indonesia masih mengimpor kolagen dan essential oil saat ini. 

Airlangga menambahkan, negara-negara ASEAN sendiri sudah mulai fokus mengembangkan potensi wellness industry, yang meliputi industri farmasi, herbal, dan kosmetik. Oleh karena itu dia meminta kepada seluruh pelaku industri untuk meningkatkan produktivitas dan memanfaatkan peluang pasar kosmetik yang semakin bertumbuh. Pada level Asean, Thailand sedang gencar melakukan pengembangan industri di sektor tersebut. 

“Maka kita juga tidak boleh ketinggalan, kita bisa kejar Thailand,” katanya. 

Pihaknya juga berkomitmen memacu industri kosmetik untuk dapat bersaing dengan market leader Asia, yakni Korea Selatan. Diketahui, industri kosmetik Korea Selatan memang sudah lebih dulu berkembang dan mampu memimpin pasar global secara aktif. Oleh karena itu Airlangga optimistis momentum pengembangan industri kosmetik dapat berjalan secara baik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement