Kamis 11 Apr 2019 01:00 WIB

Penerbangan Reguler Bandara Husein Belum Bisa Ditutup

Pemerintah berencana menutup Bandara Husein Sastranegara

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Bandara Husein Sastranegara
Foto: id.wikipedia.org
Bandara Husein Sastranegara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat resmi beroperasi, pemerintah berencana akan menutup Bandara Husein Sastranegara. Hal tersebut dilakukan untuk membagi rute penerbangan ke Bandara Kertajati namun PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) belum bisa melakukan hal tersebut.

“Kalau sekarang memang kita belum bisa menutup Bandara Husein karena akses dari dan ke Bandara Kertajati itu tergantung pada (selesainya) Tol Cisumdawu,” kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin sebelum meresmikan terminal baru Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Senin (10/4).

Baca Juga

Awaluddin mengatakan untuk tahun ini diperkirakan baru dua seksi Tol Cisumdawu saja yang dapat diselesaikan. Sementara tol tersebut memiliki enam seksi dan masih terkendala dalam perluasan lahan.

Sementara itu, pengamat penerbangan Gatot Rahardjo menilai wajar jika Bandara Kertajati masih sepi penumpang. “Pada awalnya bandara ini dibangun harusnya sejalan dengan pembangunan jalan tol, pembangunan pelabuhan patimban, dan pembebasan lahan untuk menjadikannya aerotropolis,” jelas Gatot, Rabu (10/4).

Selain itu, menurut Gatot nantinya bandara tersebut direncanakan selain menyangga Bandara Internasional Soekarno-Hatta juga menggantikan Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Namun, kata Gatot, saat bandara selesai dibangun, jalan tol belum rampung. Terlebih, lahan di sekitarnya juga masih banyak yang belum dibebaskan.

Gatot mengatakan hal tersebut mengakibatkan jalan tol Bandung-Kertajati (Cisumdawu) belum selesai. “Bandara Husein tidak jadi ditutup karena warga Bandung masih akan kesulitan ke Kertajati dan dikhawatirkan malah akan pilih terbang lewat Jakarta,” ungkap Gatot.

Jadi, lanjut Gatot, jika bandara tersebut sepi sangat wajar karena pasarnya di daerah sekitar juga tidak banyak. Menurut Gatot, masayarakat Jawa Barat juga lebih banyak tinggal di daerahnya, tidak banyak yang merantau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement