REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diundurnya pengeluaran izin impor bawang putih oleh pemerintah membuat sejumlah pihak mempertanyakan jaminan stabilitas harga dan ketersediaan pasokan di pasar. Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menyatakan, secara faktual harga bawang putih di pasaran masih sangat tinggi. Pihaknya secara eksplisit turut mempertanyakan kebijakan importasi yang diundur itu.
Menurut Abdullah, di sejumlah daerah, harga bawang putih masih relatif tinggi. Harga komoditas tersebut berdasarkan temuannya di beberapa pasar yang ada di daerah mencapai kisaran Rp 45 ribu-Rp 50 ribu per kilogram (kg). Mengacu data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga bawang putih sedang pada tanggal 9 April 2019 menyentuh level Rp 46.250-Rp 52.500 per kg.
Selain itu, Abdullah juga mengaku kerap kesulitan mengetahui data konkret stok bawang putih yang ada. “Karena 90 persen bawang putih kita masih impor, kami tidak bisa menelusuri ketersediaan yang ada,” kata Abdullah saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/4).
Tidak seperti bawang merah yang ketersediaannya dapat ditelusuri sebab diproduksi oleh para petani lokal, bawang putih memiliki otorisasi tersendiri yang berada di importir. Dia menjelaskan, kewenangan manajemen pemberian harga hingga distribusi sepenuhnya merupakan kewenangan importir.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan stok bawang putih aman hingga tiga bulan ke depan berjumlah 115 ribu ton. Jumlah tersebut merupakan stok importasi tahun lalu milik importir. Menanggapi hal ini, Abdullah menilai, daya beli pedagang pasar terhadap komoditas bawang putih semakin menurun seiring semakin naiknya harga.
Alasannya untuk menjaga stabilitas modal dan perkiraan untung yang didapat. “Misalnya di lapangan (pasar) itu saya tahu ada pedagang yang biasa beli satu kwintal, tiba-tiba hanya mau beli setengah kwintal. Itu acuan mereka ya gara-gara harga,” kata dia.
Dia menambahkan, jika pemerintah tidak memastikan ketersediaan pasokan bawang putih sesegera mungkin, bisa saja harga akan terus merangkak naik di pasaran. Terlebih menjelang Ramadhan, tingkat konsumsi masyarakat biasanya meningkat dari bulan-bulan biasanya. Untuk itu dia meminta kepada pemerintah untuk memastikan ketersediaan dan distribusi yang baik guna meredam gejolak harga.