Senin 08 Apr 2019 14:08 WIB

10 Juta Sambungan Air Bersih akan Dibangun dalam Lima Tahun

Dana yang diperlukan untuk pembangunan sambungan air bersih Rp 100 triliun.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolanda
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Sekjen Kemendagri, dan Ketua Umum Perpamsi Haris Yasin Limpo usai rapat membahas Penyediaan 10 Juta Sambungan Air Bersih di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (8/4).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Sekjen Kemendagri, dan Ketua Umum Perpamsi Haris Yasin Limpo usai rapat membahas Penyediaan 10 Juta Sambungan Air Bersih di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana membangun 10 juta sambungan rumah tangga air bersih di seluruh wilayah Indonesia. Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkap, 10 juta sambungan rumah tangga air bersih tersebut akan dibangun dalam lima tahun.

Hal itu disampaikan Bambang usai menghadiri rapat yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin (8/4). Rapat yang dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Sekjen Kemendagri, dan Ketua Umum Perpamsi Haris Yasin Limpo itu membahas Penyediaan 10 Juta Sambungan Air Bersih.

Baca Juga

"Barusan saja kita membahas mengenai rencana pembangunan 10 juta sambungan rumah tangga air bersih dalam periode lima tahun ke depan, yang nantinya dari sisi kami di Bappenas akan menjadi bagian rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024," ujar Bambang di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (8/4).

Menurut Bambang, masih minimnya akses air bersih atau air minum layak yang hanya sekitar 68 persen saat ini dan baru 20 persen yang melalui pipa, mendasari pembangunan 10 juta sambungan air bersih tersebut.

Bambang mengatakan, pemerintah akan memulai dengan fokus memperbaiki air baku seperti bendungan-bendungan yang tersebar di berbagai tempat Indonesia, perbaikan sungai-sungai tercemar, perbaikan maupun membangun baru sistem penyediaan air minum (SPAM). Selain dari pemerintah melalui Kementerian PUPR, pembangunan SPAM juga akan melibatkan pihak swasta.

"Sudah dibangun beberapa SPAM yang besar-besar yang juga sudah menyertakan pastisipasi pihak swasta melalui KPBU (kerjasama pwmerintah dan badan usaha) misalnya SPAM Umbulan, SPAM di Lampung, SPAM di Semarang, maupun SPAM di Pekan baru. Jadi kita melihat SPAM regional juga dibangun oleh Kementerian PU di luar yang dibangun swasta," ujar Bambang.

Bambang mengatakan, perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan 10 juta sambungan ruamh tangga air bersih selama lima tahun tersebut lebih Rp 100 triliun. "Nanti kita hitung, tapi yang pasti memang jumlah kalau kita hitung sampai 2024 itu kemungkinan pasti di atas Rp 100 triliun untuk SPAM dan pipa sambungan rumah tangga," ujar Bambang.

Untuk selanjutnya yang menjadi perhatian pemerintah ke depan juga terkait air bersih, yakni di level distribusi. Menurutnya, pemerintah akan memperbaiki sistem tarif air bersih yang masih berbeda tiap daerah dan juga memperbaiki kebocoran air bersih. Hal ini karena tingkat kebocoran air bersih sudah mencapai 33 persen.

Bambang berharap proyek pembangunan tersebut memudahkan seluruh masyarakat bisa mendapatkan akses air bersih dengan harga terjangkau. "Inilah beberapa aspek yang nantinya akan diperbaiki sekaligus kita membangun yang sambungan rumah tangga lima tahun ke depan. Dan ini boleh dibilang akan sangat membantu karena saat ini problemnya adalah, bukan hanya orang-orang tergantung kepada sumur, kepada air yang mungkin tidak baik kualitasnya, tetapi juga ini masalah keadilan," ujar Bambang.

Namun, Bambang tidak mengungkap daerah yang akan menjadi prioritas pembangunan 10 juta sambungan tersebut. Sebab menurutnya, semua daerah akan menjadi prioritas.

"Semua daerah, kita melihat sekarang anggaran daerah untuk air itu hanya 0,3 persen dari APBD mereka, DAK yang mereka ajukan mengenai air juga sangat kecil, ini artinya masalah semua daerah, kebanyakan belum mempunyai akses air bersih yang layak, dan itu karena air bakunya tidak tersedia atau pipanya yang tidak sampai. Jadi kita ini berbicara bukan daerah per daerah ini semua daerah," ujar mantan menteri keuangan tersebut.

Menteri PUPR Basuki Hadimulyono mengatakan, pembangunan 10 juta sambungan rumah tangga air bersih bagian dari investasi ke depan untuk mengurangi konsumsi rumah tangga terhadap air bersih. Sebab, konsumsi rumah tangga untuk air bersih dinilai masih tinggi.

"Kalau air PDAM satu meter kubik itu sekitar Rp 5.000, kalau yang di Warakas misalnya yang di Jakarta Utara pakai gerobak itu Rp 6.000 per kubik, atau air kemasan atau AMDK itu bisa Rp 6 juta per meter kubik. ini yang jadi pemikiran kita berapa konsumsi masyarakat yang habis disitu," ujarnya.

Selain itu, Basuki mengatakan, pembangunan 10 juta sambungan air bersih juga menjadi bagian dari target Pemerintah untuk 10 tahun ke depan yakni di 2030, 100 persen masyarakat Indonesia sudah terlayani air bersih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement