Ahad 07 Apr 2019 14:30 WIB

Bawang Putih dan Bawang Merah Mulai Rawan Jelang Puasa

Komoditas yang juga perlu diwaspadai yakni daging sapi, daging ayam dan telur, gula.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Dwi Murdaningsih
Bawang Merah
Foto: Republika/Prayogi
Bawang Merah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) meminta pemerintah untuk tidak sekadar berpatokan pada laju inflasi menjelang masuknya bulan Ramadhan. Satu bulan menjelang Ramadhan, Ikappi menyatakan, seluruh komoditas pangan di pasar tradisional mulai menunjukkan potensi kenaikan. Khususnya komoditas bawang merah dan bawang putih.

“Sampai saat ini belum ada komoditas yang aman. Karena ini tahun politik, kami harap jangan semua fokus pada politik, masalah harga jangan dilupakan,” kata Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (7/4).

Baca Juga

Sepanjang Maret 2019, Badan Pusat Statistik mencatatkan laju inflasi sebesar 0,11 persen atau lebih rendah dari inflasi Maret 2018 sebesar 0,20 persen. Khusus pada kelompok bahan makanan, bahkan terjadi deflasi sebesar 0,01 persen. Sejak Januari-Maret 2019, kelompok bahan makan terjadi deflasi 0,21 persen.

Mansuri menegaskan, laju inflasi kerap kali berbeda dengan kondisi riil di pasar. Ia mencontohkan, pada komoditas bawang merah harga mulai fluktuatif sejak sepekan terakhir. Setiap kenaikan harga, rata-rata sebesar Rp 100 per kilogram. Statisik Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) menunjukkan, bawang merah naik dari Rp 37.600 per kg pada Senin (1/4) menjadi Rp 38.550 pada Jumat (5/5) pekan lalu.

Sementara itu, komoditas bawang putih dalam sepekan terakhir mengalam kenaikan harga hingga Rp 1.700 per kg. “Di pasar kenaikan harga sudah sangat terasa. Ritme kenaikan sudah jelas. Pemerintah tolong kontrol lapangan karena ini masa rawan,” katanya.

Berdasarkan tren dari tahun-tahun sebelumnya, masa-masa rawan lonjakan harga secara drastis akan sangat dirasa pada tiga hari menjelang Ramadhan. Setelah itu, satu pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri hingga tiga hari setelah puncak hari raya, harga pangan pokok akan mencapai level tertinggi. Mansuri menegaskan, operasi pasar tidak akan bermanfaat untuk membuat harga stabil.

Namun, yang paling dibutuhkan pasar adalah kepastian pasokan dari hulu dengan harga terjangkau. Sebab, tidak bisa dipungkiri penawaran dan permintaan sebagai mekanisme pasar akan menggerakkan harga secara riil. Selain itu, lanjut dia, faktor cuara mesti diwaspadai.

“Tahun ini agak berbeda karena masih berdekatan dengan musim hujan, jadi komoditas pangan juga harus dipastikan. Terutama cabai yang rentan dengan hujan,” ujar dia.

Selain itu, Ikappi mencatat, komoditas lain yang wajib diwaspadai yakni daging sapi, daging ayam ras dan telur, gula pasir, minyak goreng, dan beras yang menjadi makanan pokok.

Menurut dia, meskipun saat ini bertepatan dengan musim panen raya padi, tidak menutup kemungkinan harga akan terkerek naik ulah para spekulann di level distribusi. Karena itu, Ikappi meminta pemerintah memperketat pengawasan dan tidak lengah meski disibukkan dengan tahun politik.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement