REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Harga minyak mentah merosot pada Senin (25/3) akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi. Selain itu, adanya pengurangan produksi OPEC dan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan Venezuela.
Harga minyak mentah Brent di pasar berjangka mencapai 66,94 dolar AS per barel, turun sembilan sen atau 0,13 persen pada perdagangan 13.55 GMT waktu setempat, sedangkan harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) berada pada angka 58,73 dolar AS per barel, turun 31 sen, atau 0,53 persen.
Kedua harga minyak mentah tersebut ditutup turun pekan lalu setelah sempat mencapai harga tertinggi sejak November 2018.
"Minyak tetap berada dalam tarik menarik antara fundamental dan sentimen yang berubah-ubah di pasar keuangan global," kata Konsultan Vanda Insights, Vandana Hari.
Sementara itu kekhawatiran penurunan ekonomi global yang meluas juga ditandai dengan menyusutnya produksi manufaktur Jerman untuk bulan ketiga berturut-turut.
"Perkiraan untuk pertumbuhan dan pendapatan telah direvisi turun secara material di semua wilayah utama," kata Bank AS Morgan Stanley.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia, yang dikenal dengan sebutan OPEC+ telah berjanji untuk menahan pasokan sekitar 1,2 juta barel per hari (bpd) guna menopang harga di pasar. Sebagai pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi nampak mendorong harga minyak mentah lebih dari 70 dolar AS per barel.