Senin 25 Mar 2019 12:50 WIB

Sentimen Negatif Terhadap KRAS Bersifat Temporer

Kebijakan pembatasan impor baja menjadi sentimen positif bagi KRAS.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Industri Baja (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Industri Baja (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga saham KRAS terpantau turun setelah Direktur Teknologi PT Krakatau Steel, Wisnu Kuncoro terkena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat (22/3) lalu. Harga saham KRAS hari ini dibuka Rp 480. Hingga penutupan perdagangan sesi satu harga saham KRAS merosot menjadi Rp 468 atau turun 3,31 persen. 

Meski demikian, menurut analis Bina Artha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, penurunan harga saham itu berpotensi temporer terutama bila penanganan kasus korupsi berjalan dengan efektif dan transparan. "Jika perusahaan kembali menerapkan GCG (Good Corporate Governance), maka seharusnya efek negatif terhadap pergerakan harga saham akan bersifat temporer," kata Nafan saat dihubungi Republika.co.id, Senin (25/3).

Baca Juga

Nafan melihat, ada sejumlah hal yang bisa mendongkrak kinerja saham KRAS. Menurut Nafan, kebijakan pemerintah pada 2018 dalam membatasi impor baja yang telah berlaku pada 20 Januari 2019 akan memberikan benefit bagi KRAS. Di sisi lain, ketatnya pasokan dan permintaan regional, dan Tiongkok mengurangi ekspornya akan mendukung penetapan harga baja global.

Pembangunan Hot Strip Mill 2 (HSM 2) yang memiliki kapasitas produksi hot rolled coil/HRC/baja lembaran panas sebanyak 1,5 juta ton ditargetkan akan selesai pada kuartal III 2019. Setelah ekspansi pabrik tersebut selesai, maka total kapasitas pabrik HSM akan menjadi 3,9 juta ton. Adapun total kapasitas rolling mill akan menjadi 4,65 juta ton.

photo
Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau Steel (Persero) Wisnu Kuncoro memakai rompi oranye usai pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Sabtu (23/3).

Adapun pabrik Blast Furnace Complex telah mulai beroperasi sejak Desember 2018 lalu. Di dalam pabrik tersebut terdapat Sinter Plant yang memiliki kapasitas 1,7 juta ton per tahun, Hot Metal Treatment Plant dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun, Coke Oven Plant dengan kapasitas 555.000 ton per tahun. Sebagai penunjang, terdapat Raw Material Handling (Stockyard) yang mampu menampung 400 ribu ton per tahun.

KRAS mengharapkan margin yang lebih baik dari harga jual rata-rata yang lebih tinggi dari semua produk baja dan juga melalui program efisiensi yang mencakup proyek-proyek strategis, pengadaan bahan baku dan energi dengan biaya yang lebih rendah, dll. Pendapatan KRAS pada 2018 dan 2019 diproyeksikan meningkat 22,74 persen yoy dan 35,64 persen yoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement