REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi, memaparkan sejumlah tantangan yang akan dihadapi pasar modal sepanjang 2019. Tantangan tersebut akan datang dari dalam maupun luar negeri.
Tantangan dari dalam negeri, menurut Inarno, minimnya produk pasar modal. "Kita lihat produk-produk saat ini masih agak kurang di pasar modal. Tahun ini kita akan perbanyak produk di pasar modal," ujar Inarno di Gedung BEI, Rabu (20/3).
Selain itu, pasar modal juga akan menghadapi sejumlah kebijakan moneter. Salah satunya yaitu menghadapi ketidakpastian kenaikan suku bunga. Ini tentunya akan mempengaruhi kinerja perekonomian termasuk kinerja pasar saham.
Tantangan lainnya, menurut Inarno adalah persoalan pemilu dimana pemilihan presiden dan legislatif dalam periode yang sama. Meski demikian, melihat tren beberapa periode pemilu sebelumnya, persoalan pemilu ini dampaknya tidak terlalu besar terhadap pergerakan Indeks Harian Saham Gabungan (IHSG).
"Untuk empat pemilu sebelumnya, kita lihat korelasi tidak terlalu banyak. Harapannya tahun ini korelasinya juga tidak banyak terhadap IHSG," kata Inarno.
Sementara tantangan pasar modal di tingkat dunia masih terdampak dari ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Tidak hanya itu, perlambatan ekonomi global dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen juga menjadi tantangan pasar modal tahun ini.
Terlepas dari sejumlah faktor tersebut, Inarno menegaskan, pihaknya berupaya menjadi pusat penyelenggara perdagangan efek yang terpercaya. Strategi yang akan dilakukan BEI untuk menghadapi tantangan tahun ini di antaranya meningkatkan jumlah dan partisipasi investor.
BEI juga akan meningkatkan kualitas dan kuantitaas perusahaan tercatat. Serta, perluasan kapasitas anggota bursa dan pengembangan dan optimalisasi infrastruktur kebursaan.