Selasa 19 Mar 2019 05:05 WIB

Pertumbuhan Pasar Modal Syariah Terkendala Literasi Rendah

Persebaran investor syariah masih terpusat di Pulau Jawa.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (12/3/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (12/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski memiliki potensi yang besar, pertumbuhan pasar modal syariah Indonesia masih terbilang kecil. Menurut Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Abdalloh, lambatnya pertumbuhan pasar modal syariah disebabkan rendahnya literasi.

"Hambatannya karena eduksi dan inklusi yang masih rendah. Masih banyak yang tidak tahu sukuk tabungan," ujar Irwan saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Senin (18/3).

Baca Juga

Irwan mengungkapkan, hal yang paling dibutuhkan untuk meningkatkan literasi ini yaitu pertemuan tatap muka dengan masyarakat. Walaupun pemerintah sedang gencar mengembangkan insdutri 4.0, penggunaan teknologi untuk memperkenalkan pasar modal syariah masih belum efektif. 

Setelah tatap muka, menurut, para calon investor baru bisa diarahkan untuk bertransaksi menggunakan finansial teknologi. Untuk meningkatkan pertumbuhan investor pasar modal syariah, Irwan menjelaskan, BEI melakukan sejumlah strategi. Salah satunya dengan menyasar komunitas.

Beberapa komunitas itu di antaranya Masyarakat Ekonomi Syariah (MEI) yang untuk kategori umum. BEI juga membidik mahasiswa dan akademisi Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FOSSEI). Ada pula kalangan ibu-ibu muda yang dijaring melalui Fattayat NU.

Saat ini, Irwan mengungkapkan, persebaran investor syariah masih terpusat di Pulau Jawa yaitu sebesar 73,24 persen. Investor syariah terbesar berasal dari Jawa Timur sebanyak 5.792 SID. Sedangkan total keseluruhan investor syariah di Indonesia sebanyak 47.165 SID.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement