Senin 18 Mar 2019 15:00 WIB

Pemerintah Cukup Maksimalkan Lembaga Riset yang Ada

Peningkatan anggaran riset perlu diperhatikan untuk kelanjutan proses inovasi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Cawapres No 01 KH Ma'ruf Amin dan Cawapres No 02 Sandiaga Uno berbincang usai mengikuti debat Cawapres Pilpres 2019 di Jakarta, Ahad (17/3).
Foto: Republika/Prayogi
Cawapres No 01 KH Ma'ruf Amin dan Cawapres No 02 Sandiaga Uno berbincang usai mengikuti debat Cawapres Pilpres 2019 di Jakarta, Ahad (17/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Krishnamurti mengatakan, pemerintah sebaiknya fokus menciptakan iklim kondusif untuk kegiatan penelitian dengan lembaga yang sudah ada. Ia menilai pembentukan Badan Riset Nasional tidak dibutuhkan karena hanya akan memperpanjang proses birokrasi yang pada akhirnya akan membuat kegiatan penelitian menjadi tidak efektif.

Indra menjelaskan, yang harus dilakukan pemerintah kini adalah tinggal memanfaatkan dan melakukan evaluasi pada proses yang berjalan di lembaga eksisting.  "Semua cukup diregulasi dan dijalankan oleh badan yang sudah ada, misalnya saja LIPI, Kemenristekdikti atau institusi pendidikan tinggi," katanya melalui siaran pers, Senin (18/3).

Baca Juga

Menurut Indra, yang dibutuhkan peneliti Indonesia adalah iklim penelitian kondusif dan regulasi yang tidak berbelit-belit. Selain itu, kemudahan untuk mengakses dana penelitian.

Indra khawatir, pembentukan Badan Riset Nasional tidak akan efektif, terlebih kalau lembaga ini hanya akan menitikberatkan pada proses administratif terkait kegiatan penelitian. Misalnya, sertifikasi untuk para peneliti yang diikuti dengan berbagai persyaratan. Pada akhirnya, kegiatan penelitian yang dihasilkan hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan.

Peningkatan besaran anggaran riset juga perlu diperhatikan untuk menjaga kontinuitas proses inovasi yang sedang dan akan berjalan. "Penggunaan anggaran riset yang optimal juga harus jadi fokus yang dikejar pemerintah," tutur Indra.

Selain itu, pemerintah juga harus mendorong meratanya kegiatan riset di berbagai bidang. Beragamnya sebaran bidang riset akan mendukung perkembangan bidang-bidang seperti pertanian, kesehatan, lingkungan, teknologi dan masih banyak lagi, selain bidang industri. Tidak kalah penting, perizinan untuk riset harus dibuat ringkas, cepat dan efisien.

Indra menambahkan, juga perlu ada insentif bagi dunia usaha yang mau berinvestasi pada penelitian. Sinergi antara riset dan dunia usaha akan menciptakan tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan oleh dunia usaha. "Dengan begitu, Indonesia bisa mengejar revolusi industri 4.0," katanya.

Menurut Indra, pembenahan ini harus dilakukan sejak sekarang. Sebab, hal tersebut tidak bisa dilakukan secara instan dan harus mulai diterapkan dalam sistem pendidikan nasional dari institusi pendidikan tingkat bawah hingga tingkat atas. 

Anak-anak sedini mungkin sudah seharusnya diberikan ruang untuk menciptakan critical thinking atau curiousity (rasa ingin tahu). Upaya ini diharapkan dapat menumbuhkan budaya penelitian.

Konsep berpikir yang demikian juga harus diikuti adanya budaya toleransi. Yakni, konsep pemikiran yang berbeda satu dengan lainnya tetap mendapatkan apresiasi dan tidak ada tekanan untuk selalu seragam. "Budaya toleransi akan membiasakan si anak untuk terbiasa dengan adanya perbedaan," ujar Indra.

Sebelumnya, Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebutkan rencana pembentukan Badan Riset Nasional apabila dirinya dan capres Joko Widodo terpilih dalam Pilpres 2019. Rencana ini disampaikan Ma'ruf dalam debat ketiga Pilpres di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (17/3). Sementara itu, Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mengatakan, pihaknya lebih ingin menekankan pada kolaborasi antarpihak. Ia juga memastikan terciptanya ekosistem yang mendukung pertumbuhan riset di Indonesia apabila terpilih dalam pilpres 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement