Sabtu 16 Mar 2019 06:56 WIB

Mengumpulkan Emas dari Gunungan Sampah

Tercatat sudah ada 49 nasabah program tabungan emas di Bank Sampah Menteng Atas.

Petugas PJLP di Bank Sampah Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta  Selatan.
Foto: Teguh Firmansyah / Republika
Petugas PJLP di Bank Sampah Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teguh Firmansyah*

Matahari sudah hampir tepat di atas kepala. Sinar teriknya terasa hingga menusuk kulit. Namun kondisi itu tak menghentikan Rosani memilah-milah sampah di Bank Sampah Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Keringatnya terlihat jelas di dahi. Ia memasukkan botol-botol bekas kemasan air mineral maupun barang-barang plastik lainnya ke dalam kantung hitam besar.

Tak hanya botol plastik, ia juga mengumpulkan kardus, kertas, besi ataupun alumunium yang bisa disulap menjadi 'emas'.  Jika kantung hitam itu sudah penuh, ia sisihkan dan Rosani mengambil yang baru.

Hal tersebut dilakukannya sejak pukul 07.00 sampai 18.00. Setiap hari, dari mulai Senin hingga Minggu tanpa kenal lelah. "Sudah dua bulan saya di sini," ujar Rosani yang juga akrab disapa Irah kepada Republika.co.id, Kamis (14/3).

Sejak Januari lalu, Irah rutin memilih sampah di Bank Sampah Menteng Atas Setiabudi. Ia memang bukan warga asli Menteng Atas, melainkan  tinggal di Pasar Rumput. Lokasinya masih dalam satu kecamatan di Setiabudi.

Ia berangkat dengan menggunakan bajaj. Sebelum di Menteng Atas, ibu tiga orang anak ini mencari uang dengan berjualan kopi keliling di sudut-sudut ibu kota Jakarta.

Ia mulai beralih profesi setelah mendengar ada program 'Mengubah Sampah Menjadi Emas' yang diprakarsai PT Pegadaian (Persero) bekerja sama dengan Bank Sampah di  Setiabudi. Irah pun tertarik dan menjadi salah satu nasabah dari program tersebut.  "Pingin dapat emas yang penting asal rajin aja," ujarnya.

Dalam sehari, Irah bisa mengumpulkan tujuh hingga delapan karung plastik hitam yang nanti ia timbang di Bank Sampah. Petugas di Bank Sampah menghargai satu kilo Rp 1.800 untuk setiap 'boncos'. 

Boncos adalah istilah untuk sampah-sampah daur ulang seperti botol aqua maupun barang plastik, tapi belum dipilah-pilah. Total Irah bisa mendapat minimal Rp 100 ribu per hari. Jumlahnya bahkan bisa jauh lebih besar kalau banyak sampah-sampah yang bisa didaur ulang.  "Uangnya sebagian saya ambil, misal Rp 70 ribu dan sisanya saya sisihkan dan tabung di Bank Sampah Rp 30 ribu," ujarnya.

Uang yang disisihkan itu dicatat oleh petugas Bank Sampah.  Nanti bila tabungannya sudah mencapai senilai 1 gram emas, maka bisa diemaskan. Taruhlah, harga emas per gram Rp 600 ribu, maka Irah bisa mengambil emasnya jika uang tabungannya sudah mencapai angka tersebut. "Saya ingin bantu-bantu keluarga nabung buat anak-anak," ujarnya.  

Irah kini masih memiliki tanggungan. Anak keduanya baru duduk di sekolah dasar kelas enam. Sementara anak ketiganya baru empat tahun. Penghasilan suaminya yang berjualan kopi keliling belumlah cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Karena itu Irah pun bersyukur dengan program Pegadaian yang diharapkan bisa memperbaiki nasib hidupnya ke depan. 

Bank Sampah di Jakarta sebetulnya sudah berdiri dalam beberapa tahun terakhir. Namun kerja sama dengan PT Pegadaian (Persero) terbilang baru. Di Bank Sampah Menteng Setiabudi, kerja sama secara resmi dimulai sejak awal Februari 2019 lalu.

Pegadaian menyulap Bank Sampah yang tadinya minim infrastruktur menjadi lebih modern. Pegadaian membangun kantor dan tempat istirahat petugas, termasuk mushola serta menyediakan peralatan pres sampah plastik. Petugas kini punya tempat berteduh jikalau hujan datang. Ini merupakan pembangunan Bank Sampah ke-14 di seluruh Indonesia. Dengan slogan 'the Gade Clean and Gold', Pegadaian ingin mengajak warga bahu-membahu untuk mengurangi sampah, khususnya di ibu kota.

photo
Rosani memilah sampah di Bank Sampah Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (14/3). (Teguh Firmansyah / Republika)

Warga antusias

Rita Djamalia, petugas Bank Sampah di Menteng Atas mengatakan, saat ini sudah ada 49 orang yang terdaftar sebagai nasabah 'Tabungan Emas'. Mereka terdiri atas warga sekitar, pemulung maupun petugas kebersihan di sini. "Jumlahnya itu meningkat pesat, karena sebelumnya baru 15 orang pada Januari," ujarnya.

Ia mengatakan, kerja sama dengan Pegadaian ini memang baru diresmikan pada Februari. Kendati begitu, kata ia, progam tersebut sudah mulai berjalan sejak Desember.   Persentase antara warga sekitar dan pemulung yang ikut program ini seimbang. Namun yang terpenting mereka sudah mendaftar.   "Setiap pekan petugas Pegadaian datang dan mengambil uang yang mau disimpan," ujarnya. 

Ia mengatakan, antusias warga di sekitar Bank Sampah cukup baik. Mereka bahkan sudah bertanya-tanya sebelum program ini resmi dimulai. Warga ada yang datang menyetorkan sampah pilahannya untuk ditabung. Ada juga yang dijemput.

Petugas kebersihan juga diperbolehkan untuk bergabung dalam program ini.   "Saat mendengar ada program dari Pegadaian mereka langsung bertanya-tanya," ujarnya.

Dari pantauan Republika.co.id, sejumlah petugas sampah terlihat juga aktif terlibat memisahkan sampah-sampah plastik. Mereka menggunakan pisau cater untuk melepas merk botol minuman kemasan.

Salah satunya adalah  Dedi yang sudah sejak dari 1998 bergelut di dunia kebersihan. Dedi yang mengaku ikut menjadi nasabah Bank Sampah, juga berharap suatu saat terkumpul duit tabungannya dapat ditukarkan dengan emas.

Kepala Satuan Pelaksana Lingkungan Kecamatan Setiabudi Choiruddin mengatakan, salah satu tujuan kerja sama dengan Pegadaian ini memang untuk meningkatkan kesadaran warga dalam pengelolaan sampah. Selain itu, warga juga bisa mendapatkan keuntungan jangka panjang dari program ini."Daripada mereka nanti terjebak oleh rentenir," ujarnya, kepada Republika.co.id. 

Choiruddin menegaskan, untuk pengelolaan sampah ini petugas telah melakukan sosialisasi dari mulai di RT-RT hingga sekolah. Tujuannya adalah pengurangan volume sampah melalui pemilahan organik dan non-organik ini.

Misal di sini ada 90 ton sampah masuk per hari, maka targetnya ada 10 ton  sudah bisa dipilah untuk didaur ulang. Sisanya baru dibuang.  Ia berharap ke depan semakin banyak warga, khususnya di Menteng Atas yang ikut dalam program mengubah sampah menjadi emas ini.

Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto sebelumnya menjelaskan Program Pegadaian Bersih-Bersih bertujuan untuk mengajak masyarakat di Menteng Atas agar paham cara memilah sampah organik dan non-organik dengan baik dan benar. Harapannya, Pegadaian bisa memberikan manfaat besar bagi masyarakat baik dalam sektor ekonomi maupun lingkungan.

Tercatat volume sampai di Jakarta mencapai 7.250 ton per hari, dengan jumlah bank sampah mencapai 1.500 unit. Pegadaian memberikan bantuan perlengkapan dan pembangunan untuk Bank Sampah Dipo Mentas Senilai Rp 345,5 juta, serta bantuan perlengkapan dan pembangunan untuk mushola, Kelurahan Menteng Atas senilai Rp 53 juta.

*Penulis adalah wartawan Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement