Rabu 13 Mar 2019 00:35 WIB

Kualitas Kopi Toraja Harus Tetap Terjaga

Para petani kopi di Toraja harus selalu diberikan bimbingan dan pelatihan.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman (tengah) bersama Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono (kiri) saat meninjau bibit kopi yang akan dibagikan kepada para petani di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara, Selasa (13/3).
Foto: Dok Republika.co.id
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (tengah) bersama Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono (kiri) saat meninjau bibit kopi yang akan dibagikan kepada para petani di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara, Selasa (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID,TANA TORAJA – Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono menyatakan ada beberapa cara untuk menjaga kualitas kopi Toraja. Hal ini perlu dilakukan agar produksi kopi yang dihasilkan kualitasnya meningkat dan bisa bersaing di pasar.

Menurut Kasdi, yang perlu dilakukan adalah, para petani kopi harus terus diberikan bimbingan dan penyuluhan. Karena itu, peran pemerintah pusat dan daerah sangat penting untuk menggerakkan penyuluh dan petugas lapangan dalam memberikan pembinaan kepada para petani.

Baca Juga

“Para petani harus terus dibimbing agar produksi kopi Toraja tetap terjaga kualitasnya,” kata Kasdi di sela acara Pelepasan Bantuan Komoditas Pertanian oleh Kementerian Pertanian di Kolam Makale, Tana Toraja, Selasa (12/3).

Para petani harus selalu dibekali pelatihan, magang, dan inovasi. Sehingga mereka menjadi petani profesional yang tidak hanya menguasai teknis hulu tetapi juga olahan, pascapanen, dan strategi pemasaran.

Untuk mencapai hal ini, para petani diharapkan tidak berjalan sendiri-sendiri. Tetapi, harus bermitra dan berkelompok secara kelembagaan.

Sejauh ini, Kasdi melihat para petani sudah bisa menjaga kualitas kopi Toraja. Mereka konsisten untuk memilih kopi yang sudah tua dan tidak mengambil kopi yang masih muda.

Menurut Kasdi, kopi Toraja merupakan salah satu kopi Indonesia yang memiliki kualitas sangat baik. Karena itu, sebagai sentra kopi, pembibitan kopi dilakukan di tempat ini.

Dan, pemerintah pun memberikan bantuan bibit-bibit kopi unggul yang tersertifikasi kepada para petani di sini. Di mana, pembenihan bibit-bibit itu dilakukan di wilayah Toraja sendiri.

Adapun bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk tahun 2019 adalah 700 ribu batang kopi untuk 700 hektare perkebunan kopi dengan nilai Rp 6,7 miliar. Rinciannya, 400 ribu batang kopi untuk petani di Kabupaten Tana Toraja dan 300 ribu batang kopi untuk Kabupaten Toraja Utara.

Meskipun unggul secara kualitas, namun secara jumlah Indonesia sebagai produsen kopi dunia, belum unggul dibanding negara lainnya. Untuk posisi pertama negara penghasil kopi masih dipegang oleh Brazil dengan jumlah 2,93 juta ton kopi per tahun. Disusul oleh Vietnam dengan 1,65 juta ton per tahun, Kolombia 0,84 juta ton, dan Indonesia di urutan keempat dengan jumlah 0,67 juta ton per tahun.

Sementara, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan,jumlah produksi kopi yang dihasilkan di Indonesia rata-rata 300 kg hingga 400 kg biji kopi per hektare setiap tahunnya. Dengan bibit unggul kopi ini, petani nantinya bisa meningkatkan jumlah produksi hingga tingga kali lipat.

"Toraja kopinya mendunia. Bibit yang kami bawa ini bisa produksi bisa 3.5 ton sampe 4.5 ton per hektar per tahun," kata Amran di tempat yang sama.

Amran juga  mendorong hilirisasi kopi hingga menghasilkan produk akhir yang sudah dikemas sebaik mungkin. Apalagi, Toraja adalah daerah wisata yang bisa mendorong potensi lokal kopi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement