Rabu 13 Mar 2019 00:30 WIB

Toraja Berencana Kembangkan Penangkaran Bibit Kopi

Todolo merupakan kopi asli Toraja yang bisa berproduksi hingga ratusan tahun

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat membagikan bantuan bibit kopi unggul di Kabupaten Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, Selasa (12/3).
Foto: Republika/Retno Wulandhari
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat membagikan bantuan bibit kopi unggul di Kabupaten Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, Selasa (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, TORAJA -- Pemerintah Kabupaten Tana Toraja berencana akan mengembangkan penangkaran bibit kopi secara mandiri. Menurut Kepala Dinas Pertanian Tana Toraja, Salvius Pasang, minimnya ketersediaan bibit unggul menjadi salah satu kendala yang dihadapi para petani kopi di Tana Toraja.

"Saat ini kami belum punya penangkaran khusus kopi lokal. Makanya kopi-kopi yang unggulan dari luar dimasukkan ke sini (Tana Toraja)," ujar Salvius saat ditemui dalam acara Pelepasan Bantuan Komoditas Pertanian oleh Kementerian Pertanian di Kolam Makale, Tana Toraja, Selasa (12/3).

Baca Juga

Sebagai langkah awal, Salvius menjelaskan, tahun ini pihaknya mengupayakan pendaftaran kopi lokal menjadi salah satu varietas unggul lokal yang ada di Indonesia. Dengan demikian Tana Toraja bisa melakukan penangkaran sendiri untuk memperbanyak bibit kopi.

Salvius mengungkapkan, bibit unggul lokal Tana Toraja memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari bibit unggul luar. Dia mencontohkan, Todolo yang merupakan kopi asli dari Tana Toraja bisa berproduksi hingga ratusan tahun. Sedangka bibit unggul kopi luar biasanya hanya mampu berproduksi selama 20 tahun.

"Bibit kopi luar keunggulannya produksi cepat dengan jumlah tinggi, tapi cepat mati, kalau kopi lokal pertumbuhan awal lambat tapi jangka waktu berproduksinya bisa lama," terang Salvius.

Salvius mengungkapkan, produksi kopi di Tana Toraja selama ini sebenarnya sudah ada peningkatan meskipun belum signifikan. Sekarang produksi kopi di Tana Toraja rata-rata berkisar antara 300kg-500kg per hektar per tahun.

Menurut Salvius, lahan perkebunan kopi di Tana Toraja juga terus bertambah. Saat ini, total lahan perkebuna kopi di kabupaten tersebut mencapai sekitar 8000 hektare. Setiap tahunnya, ada penambahan luas lahan perkembunan hingga 400 hektare.

Selain bibit, Salvius menambahkan, petani juga mengalami kendala dalam hal pengolahan karena terbatasnya alat-alat yang memadai. "Jumlah alat modern baru ada satu bantuan dari pemerintah tahun 2018. Pengusaha lokal masih pakai alat tradisional," tutur Salvius.

Salvius berharap, pengolahan kopi hingga mejadi produk instan dalam kemasan bisa segera terlaksana dalam waktu dua tahun ini. Untuk mewujudkan hal itu, dia pum mengharapkan dukungan dan bantuan dari pemerintah pusat kementan dan dinas pertanian provinsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement