Kamis 28 Feb 2019 05:30 WIB

Tol Trans-Jawa dan Tol Laut tak Membuat Biaya Logistik Turun

tarif Tol Trans-Jawa yang mahal menjadi salah satu alasan biaya logistik tidak turun.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan) menyempatkan diri untuk berfoto usai meresmikan pengoperasian tujuh ruas jalan tol Trans Jawa di Jembatan Kalikuto, Kendal, Jawa Tengah, Kamis (20/12/2018).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan) menyempatkan diri untuk berfoto usai meresmikan pengoperasian tujuh ruas jalan tol Trans Jawa di Jembatan Kalikuto, Kendal, Jawa Tengah, Kamis (20/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan infrastuktur seperti Tol Trans Jawa dan tol laut masih belum berdampak pada penurunan biaya logistik. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) berpendapat adanya Tol Trans Jawa hanya meningkatkan efisiensi distribusi logistik.

Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik, Rico Rustombi, tarif Tol Trans Jawa yang masih mahal menjadi salah satu alasan tidak turunnya biaya logistik perusahaan. "Dengan adanya tol trans jawa, distribusi barang di Pulau Jawa antusias menggunakan Tol Trans Jawa meningkat, namun tidak mengurangi biaya logistik karena tarif Tol Trans Jawa masih mahal, namun distribusi akan lebih cepat dibandingkan laut," ujar Rico kepada Republika.co.id, Rabu (27/2).

Baca Juga

Keberadaan Tol Trans Jawa tersebut, kata Rico, hanya berdampak pada efisiensi pengangkutan barang, tidak pada biaya logistik, sehingga saat ini ia belum melihat perbedaan dari segi biaya. Menurutnya, biaya logistik untuk distribusi barang paling murah menggunakan jalur laut.

Namun, saat ini trafik jalur darat memang yang paling besar dibandingkan jalur lain. "Murah karena kapasitas angkut barang lebih besar dan biaya rata-rata akan menjadi lebih murah dibandingkan biaya logistik menggunakan jalan darat ataupun udara," ujar Rico.

Dia menilai, untuk prioritas menurunkan biaya logistik, harus dengan jalur laut di bandingkan darat ataupun udara. Apalagi saat ini distribusi keluar Jawa masih didominasi menggunakan jalur laut dibandingkan udara.

Lonjakan ongkos angkut barang melalui udara karena kenaikan tarif kargo membuat ongkos angkut menggunakan jalur udara semakin mahal, sehingga membuat daya saing industri menjadi lebih buruk dan harga jual kepada konsumen akan lebih mahal.

"Idealnya memang untuk menurunkan biaya logistik seharusnya peningkatan infrastruktur pelabuhan di setiap hub pulau di Indonesia perlu ditambah, sehingga distribusi barang jadi merata dan ongkos bisa lebih murah," tuturnya.

Meskipun belum berdampak pada penurunan biaya logistik, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi menilai, adanya Tol Trans Jawa dan tol laut telah memberikan pilihan bagi perusahaan jasa logistik untuk mengirimkan barang.

Selain itu, terdapat efisiensi dalam pengiriman, contohnya sebelum ada Tol Trans Jawa, pengiriman Jakarta ke Surabaya bisa memakan waktu seminggu. Setelah ada jalan tol ini, waktu tempuh ke Surabaya bisa berkurang menjadi 3-4 hari.

Dengan demikian, dalam sebulan perusahaan logistik bisa melakukan pengiriman lebih banyak. "Artinya secara perusahaan ada peningkatan dari sisi penerimaan. Tapi belum tentu langsung menurunkan biaya logistik," kata Yukki.

Saat ini trafik jalur darat lebih besar yakni sebesar 72 persen dibandingkan laut yang sebesar 9-11 persen, dan udara yang hanya sekitar 2 persen. Persentase distribusi jalur darat lebih besar karena perusahan logistik menggunakan kendaraan darat saat menuju ke pelabuhan atau bandara.

"Jadi menurut saya positif (Tol Trans Jawa dan tol laut), tapi memang harus lihat dari banyak aspek," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement