Senin 25 Feb 2019 14:14 WIB

Sri Mulyani: Investor Incar Data Konsumen dari Unicorn

Data kegiatan ekonomi dari Unicorn akan diolah menjadi produk yang menguntungkan.

Red: Nur Aini
APBN 2019: Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
APBN 2019: Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (20/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengingatkan bahwa banyaknya investor global yang ingin memiliki saham perusahaan rintisan Indonesia berlevel Unicorn karena mengincar kepemilikan data. Data tersebut terutama kegiatan ekonomi masyarakat yang kemudian diolah menjadi produk yang menguntungkan.

Menkeu mengatakan tidak perlu heran jika melihat saat ini banyak perusahaan Unicorn (perusahaan rintisan bervaluasi satu miliar dolar AS), yang banyak diminati oleh investor global. Padahal, perusahaan tersebut tergolong baru dan belum begitu menjanjikan.

Baca Juga

Investor-investor tersebut, kata dia, mengincar kekayaan data yang dimiliki perusahaan Unicorn. Data yang merekam kegiatan ekonomi, terutama kegiatan konsumsi dan transaksi masyarakat, kata dia, menjadi komoditas baru yang sangat berharga dalam kegiatan ekonomi saat ini.

"Begitu banyak unicorn kita yang masih baru, begitu banyak orang investasi di sana, mereka hanya 'membakar' uang, karena mereka ingin tahu miningnya (penambangan data) ketika itu menjadi sebuah aset. Kemudian valuasi asetnya akan muncul dan aset itu yang diincar," ujar Menkeu yang berbicara dalam peluncuran Data Sampel BPJS Kesehatan di Jakarta, Senin (25/2).

Ia menganalogikan nilai kepemilikan data ekonomi masyarakat saat ini sama dengan nilai komoditas tambang di Indonesia yang dulu selalu menjadi incaran perusahaan-perusahaan global. Saat ini, data ekonomi masyarakat adalah komoditas paling berharga. Korporasi-korporasi besar tidak lagi harus repot untuk melakukan survei dalam setiap kegiatan riset bisnis jika sudah menguasai data ekonomi masyarakat.

"Tidak perlu lagi survei, kita bisa buka data dari Bukalapak, Tokopedia, Shoppee. Ini kenapa data adalah komoditas tambang baru," ujarnya.

Kalau dulu tambang masih timah, batu bara, berlian, sekarang siapa manusia terkaya semuanya tidak terkait dengan sumber daya alam, tapi sesuatu yang berhubungan dengan data dan teknologi," ujar Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Perburuan data itu adalah implikasi dari terjadinya revolusi industri 4.0 saat ini. Semua misi bisnis, kata dia, banyak yang beralih untuk berorientasi pada konsumen sentris.

"Artinya sekarang ini data jadi sangat penting, dan berikutnya adalah pengelolaan datanya," ujar Menkeu. Oleh karena itu, ia mengingatkan BPJS Kesehatan untuk mengelola secara hati-hati dan tetap menjaga prinsip kerahasiaan (confidentality) dan keamanan (security) dalam pengelolaan data sampel yang mewakili kepesertaan dan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement