Kamis 21 Feb 2019 20:02 WIB

Kenaikan Fed Fund Rate Berdampak ke Negara Berkembang

Bank Indonesia memprediksi kenaikan suku bunga the Fed hanya satu kali.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Bank Indonesia (BI): Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan pemaparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2).
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia (BI): Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan pemaparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau Fed Fund Rate (FFR) hanya dilakukan satu kali sepanjang tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan sejumlah risiko perlambatan ekonomi global. 

"The Fed di 2019 kemungkinan kenaikkannya yang semula tiga kali, kami perkirakan turun dua kali. Bacaan kami Fed tahun ini hanya akan menaikkan satu kali saja," ujar Perry saat konferensi pers ‘RDG Februari 2019’ di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/2). 

Baca Juga

Selain itu, menurut Perry, harga komoditas global yang juga diperkirakan mengalami penurunan, termasuk harga minyak dunia, serta normalisasi kebijakan moneter di negara maju yang cenderung tidak seketat perkiraan semula. "Perkembangan ekonomi dan keuangan global tersebut di satu sisi memberikan tantangan mendorong ekspor. Namun di sisi lain meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia," terang Perry. 

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, keputusan The Fed yang hanya menaikkan FFR sekali akan berdampak pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Kondisi itu membuat aliran modal asing semakin deras masuk ke Indonesia.

"Karena ekonomi dunianya melambat, maka kemudian The Fed mulai menggunakan kalimat-kalimat yang dovish. Dovish-nya dari The Fed itu yang kemudian membuat emerging market menjadi menarik kembali dan kemudian capital inflow masuk kembali ke emerging market," ungkapnya.

Dengan aliran modal asing yang semakin deras ke Tanah Air, dapat menguatkan stabilitas rupiah. BI pun memperkirakan ke depan rupiah akan semakin stabil cenderung menguat. 

"Ke depan, BI memandang nilai tukar rupiah akan bergerak stabil sesuai mekanisme pasar," ucapnya. 

Sebelumnya, pasar memperkirakan Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali pada 2019. Kemudian, proyeksi tersebut berkurang menjadi dua kali. 

Keputusan the Fed tersebut dipicu oleh pertumbuhan ekonomi AS melambat dipengaruhi oleh terbatasnya stimulus fiskal, permasalahan struktural tenaga kerja, dan menurunnya keyakinan pelaku usaha.

Menurut Perry, Fed akan mengkomunikasikan arah kebijakannya dengan dengan baik melalui forward guidance yang ditangkap pasar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement