Kamis 21 Feb 2019 03:43 WIB

Payless Gagal Bersaing di Pasar Amerika

Payless tak akan menutup semua toko secara global.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Agung Sasongko
Salah satu gerai toko Payless.
Salah satu gerai toko Payless.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Payless ShoeSource telah mengajukan kebangkrutan. Artinya, perusahaan tersebut akan menutup semua toko di Amerika Serikat dan Puerto Riko yang berjumlah 2.100 gerai.

Perusahaan mengkonfirmasi berita itu kepada CNN Business dan mengumumkan penutupan pada hari Sabtu (16/2). Penjualan likuidasi dimulai pada hari berikutnya dan akan berlanjut hingga Mei.

Juru bicara perusahaan mengatakan, beberapa toko akan mulai ditutup pada bulan Maret.  Payless melaporkan kebangkrutan pada Senin (18/2) malam. Mereka memiliki hutang sekitar 470 juta dolar AS.

Ada beberapa alasan kematian Payless di Amerika Serikat.Laporan New York Times menyatakan, menjual di toko adalah inti dari strategi Payless, yang mungkin telah merusak penjualan. Sebab, saat ini semakin banyak pelanggan lebih memilih untuk berbelanja online.

Penutupan department store mal di seluruh negeri juga merugikan Payless. Pengecer besar ini berfungsi sebagai toko penampung yang mendorong orang ke mal dan pusat perbelanjaan lainnya, dan menutupnya akan merusak lalu lintas pejalan kaki untuk toko-toko kecil dengan penawaran yang lebih spesifik seperti Payless.

Pengecer sepatu diskon ini juga mengalami kesulitan untuk bersaing dengan toko-toko murah lainnya, terutama yang menjual versi merek terkenal yang mahal, seperti Amazon dan Zappos.

"Tantangan yang dihadapi pengecer saat ini didokumentasikan dengan baik, dan sayangnya Payless muncul dari reorganisasi sebelumnya yang tidak diperlengkapi untuk bertahan di lingkungan ritel hari ini," kata kepala restrukturisasi Payless Stephen Marotta kepada CNBC dalam sebuah pernyataan.

Ini bukan pertama kalinya pengecer sepatu diskon berusaha merestrukturisasi utangnya. Payless sebelumnya mengajukan kebangkrutan pada bulan April 2017 dan menutup 400 toko dalam prosesnya, namun, langkah itu tidak cukup untuk menyelamatkan perusahaan dari situasi keuangan yang mengerikan.

"Proses sebelumnya meninggalkan perusahaan dengan sisa hutang terlalu banyak, jejak toko terlalu besar, dan sistem yang belum direalisasikan dan konsolidasi struktur overhead perusahaan," kata Marott.

Proses tersebut, menurut Marott, adalah hasil dari sistem inventori kuno dan pemogokan yang menunda pengiriman sebelum liburan penting seperti Paskah. Baru-baru ini, perusahaan mengklaim telah menghadapi penundaan "tidak terduga" dari para pemasoknya, yang telah berkontribusi pada masalah keuangannya. CNBC melaporkan Payless kehilangan 63 juta dolar AS pada tahun 2018 dan 4 juta dolar AS pada tahun sebelumnya.

Meski di Amerika Serikat Payless melakukan langkah penutupan toko, mereka tidak akan menutup semua toko secara global. Seorang juru bicara mengatakan, waralaba internasional dan toko-toko Amerika Latin tidak akan terpengaruh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement