Sabtu 09 Feb 2019 16:20 WIB

Kementan Galakkan Pengendali OPT Ramah Lingkungan di Sumsel

Pengendalian OPT ramah lingkungan mengurangi biaya pestisida kimia

Red: EH Ismail
Penggunaan pengendalian orgnisme pengganggu tumbuhan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan.a
Penggunaan pengendalian orgnisme pengganggu tumbuhan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan.a

REPUBLIKA.CO.ID, OGAN KOMERING ULU -- Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Provinsi Sumatera Selatan. Sentra produksi tersebut tersebar di beberapa kecamatan antara lain Pulau Beringin, Sungai Are, Sindang Danau dan Warkuk Ranau Selatan.

Berdasarkan data Ditjen Hortikultura, produksi cabai di wilayah ini pada 2018 sebesar 8096 ton. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sejumlah 3420 ton.

Kepala Bidang Hortikultura Kabupaten OKU Selatan, Tardi mengatakan, Kecamatan Pulau Beringin adalah sentra utama cabai di OKU Selatan. Daerah ini merupakan kawasan cabai dengan sentra utamanya Desa Tanjung Kari, Desa Simpang Pancur, Desa Tanjung Bulan dan Desa Aromantai. Salah satu kelompok tani di daerah ini menerima bantuan kawasan pengembangan cabai melalui dana APBN 2018 seluas 5 hektare.

“Hal yang ditakutkan petani berupa serangan OPT (organisme pengganggu tumbuhan),” kata Tardi.

Jenis OPT yang sering menyerang cabai di daerah ini adalah trips, kutu kebul, lalat buah dan antraknosa. Namun demikian serangannya masih tergolong wajar dan dapat ditangani.

“Pengendalian OPT ramah lingkungan (RAMLI) sudah disosialisasikan disini. Salah satu kegiatannya adalah memperkenalkan cara pembuatan Trichoderma, PGPR, perangkap likat kuning dan perangkap lalat buah,” ujar Kasi Perlindungan Tanaman Hortikultura BPTPH Sumsel , Yosi Utami.

Kelompok Tani Tebet Gayat, Desa Tanjung Bulan Ulu, Kecamatan Pulau Beringin merupakan kelompok tani yang telah mendapatkan pelatihan penerapan pengendalian OPT ramah lingkungan. Cabai  yang dibudidayakan petani adalah cabai keriting dengan varietas Rimbun dan Priyayi. "Panen cabai bisa dilakukan sampai 16 kali. Harga cabai saat ini relatif stabil dan masih menguntungkan," tutur Anggota Kelompok Tani, Yohan,.

Kasi Sarana Pengendalian OPT Sayuran dan Tanaman Obat , Enung Hartati Suwarno, mengimbau petani untuk menggunakan sarana pengendalian OPT ramah lingkungan, karena banyak keuntungannya. “Mengurangi biaya pestisida kimia yang mahal, petani sehat, cabai yang dihasilkan aman konsumsi dan kelestarian lingkungan terjaga,” paparnya.

Enung menjelaskan, Ditjen Hortikultura mendukung pengendalian OPT ramah lingkungan dengan anggaran yang sama seperti tahun lalu. yakni bantuan kawasan pengembangan cabai melalui dana APBN 2019 seluas 5 hektare.

Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf dalam kesempatan terpisah menyampaikan, Kementerian Pertanian tidak pernah bosan mengajak petani untuk berbudidaya hortikultura ramah lingkungan.

“Penggunaan pestisida kimia adalah pilihan terakhir dalam pengendalian OPT. Dalam penggunaannya harus perhatikan 6 prinsip yaitu tepat sasaran, mutu, jenis pestisida, waktu, dosis dan konsentrasi serta cara penggunaannya. Prinsip tersebut dilakukan agar hasil yang diperoleh efektif,” tutupnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement