Kamis 07 Feb 2019 08:28 WIB

Pasokan Minyak Diprediksi Mengetat, Harga Minyak Global Naik

Pelaku pasar telah fokus pada tanda-tanda pengetatan pasokan minyak mentah global

Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik sekitar satu persen pada akhir perdagangan Rabu (6/2) atau Kamis (7/2) pagi WIB. Kenaikan harga ini didorong oleh tanda-tanda kuatnya permintaan AS untuk produk-produk penyulingan dan pengetatan pasokan minyak mentah global.

Namun demikian, kenaikan harga minyak lebih lanjut dibatasi oleh penguatan dolar AS dan kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang perlambatan ekonomi global.

Baca Juga

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April, patokan internasional, naik 71 sen AS atau 1,15 persen, menjadi ditutup di 62,69 dolar AS per barel. Brent sebelumnya jatuh ke terendah sesi 61,05 dolar AS.

Sementara minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 35 sen AS atau 0,65 persen, menjadi menetap di 54,01 dolar AS per barel, naik dari terendah sesi 52,86 dolar AS.

Data pemerintah AS pada Rabu (6/2) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah domestik naik lebih rendah dari yang diperkirakan pada minggu lalu, sekalipun ketika kilang-kilang meningkatkan produksi. Stok meningkat 1,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 1 Februari, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 2,2 juta barel.

Stok bensin meningkat 513.000 barel, lebih rendah daripada yang diantisipasi, sementara stok sulingan turun lebih besar dari yang diperkirakan 2,3 juta barel.

"Permintaan distilat (sulingan) meningkat tajam pekan lalu karena cuaca dingin yang ekstrem, yang berkontribusi pada penurunan stok distilat," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch. "Semua dalam semua laporan ini adalah bullish untuk harga-harga minyak mentah dan produk olahan."

Pelaku pasar telah fokus pada tanda-tanda pengetatan pasokan minyak mentah global, setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya memulai kesepakatan pada Januari untuk memangkas produksi.

Para produsen yang dikenal sebagai OPEC+ mulai memotong produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) dari bulan lalu untuk mencegah kelebihan pasokan baru, dan OPEC telah mengirimkan hampir tiga perempat dari pemotongan yang dijanjikannya, sebuah survei Reuters menunjukkan pekan lalu.

Sanksi-sanksi AS terhadap perusahaan minyak negara Venezuela juga dapat menaikkan harga, meskipun mereka belum memicu kenaikan tajam. Sanksi-sanksi tersebut bertujuan untuk memblokir penyuling-penyuling AS dari membayar ke akun PDVSA yang dikendalikan oleh Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

Oposisi Venezuela sedang membuka dana AS untuk menerima hasil penjualan minyak, suatu langkah penting untuk mengamankan pendapatan atas upayanya mengusir Maduro, kata seorang anggota parlemen oposisi, Rabu (6/2).

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement