Selasa 05 Feb 2019 20:55 WIB

Ini Tren Perkembangan Wisata Halal

Teknologi AR menjadi pengalaman baru di sektor wisata halal.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Wisata Halal
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Wisata Halal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren baru akan menentukan  perkembangan sektor wisata Halal yang saat ini tengah tumbuh dengan pesat. Salah satunya integrasi teknologi augmented reality (AR) guna memberikan pengetahuan budaya yang penting bagi para wisatawan Muslim, termasuk makanan bersertifikat halal.

Hal tersebut disampaikan Mastercard-Crescent Rating Halal Travel Frontier 2019 (HTF2019) Report. Laporan ini menganalisa perubahan yang terjadi pada sektor wisata Muslim.

Laporan ini juga memprediksi bagaimana teknologi, lingkungan dan aktivisme sosial dapat membawa perubahan yang lebih besar pada setiap aspek industri wisata halal serta memudahkan para wisatawan Muslim untuk menjelajahi dunia.

CEO CrescentRating dan HalalTrip Fazal Bahardeen mengatakan, pihaknya telah memperkaya wawasan dengan pola perilaku wisatawan Muslim. Selain integrasi teknologi, tren kedua adalah berkembangnya chatbot yang didesain secara khusus untuk memberikan kepuasan akan kebutuhan-kebutuhan budaya dan keagamaan para wisatawan Muslim.

Ketiga, kemudahan proses pengajuan visa bagi para umat Muslim yang ingin bepergian ke Makkah untuk menjalankan ibadah Umroh.

Perubahan dalam proses pengaplikasian visa Umroh dan meningkatnya teknologi interaktif baru akan mengakibatkan para penyedia jasa Haji dan Umroh tradisional akan menghadapi disrupsi pada model bisnis mereka.

Wisatawan Muslim milenial kini dapat memesan dan merencanakan sendiri perjalanan ibadah Umroh mereka. Hal ini berarti para pelaku bisnis harus mengevaluasi kembali model bisnis mereka serta layanan yang ditawarkan agar tetap sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.

Selanjutnya adalah tren destinasi-destinasi non-tradisional seperti Jepang, Afrika Selatan dan Taiwan akan semakin memikat wisatawan-wisatawan Muslim. Mereka yang secara signifikan akan mengubah narasi kriteria negara ramah wisatawan Muslim tentunya berdampak pada kompetisi dan dinamika yang diprediksi akan menghasilkan inovasi-inovasi serta perkembangan baru. Hal ini tentunya dapat memberi keuntungan, baik kepada destinasi wisata maupun para wisatawan Muslim.

Sedangkan, Augmented Reality (AR), Realitas Virtual dan Kecerdasan Buatan didukung dengan meningkatnya penetrasi pemakaian ponsel pintar juga akan mendorong munculnya tren-tren baru yang mendefiniskan kembali setiap tahapan pengalaman wisata Muslim, mulai dari perencanaan, pembelian, hingga berbagi pengalaman perjalanan.

Didorong oleh permintaan akan pengalaman perjalanan yang lebih otentik, terjangkau dan mudah diakses, banyak wisatawan milenial dan generasi Z yang memilih 'Perjalanan Mie Instan' yakni perjalanan singkat yang tidak terencana dengan harga terjangkau.

Selain itu, kesadaran akan isu-isu sosial yang semakin tinggi dan meningkatnya pengaruh influencer perempuan ketika merencanakan perjalanan diperkirakan juga dapat mengubah cara wisatawan Muslim dalam melakukan perjalanan.

Presiden Mastercard Divisi Indonesia, Malaysia dan Bruner Safdar Khan mengatakan, Halal Travel Frontier 2019 Report dapat memberikan sebuah gambaran kepada para pebisnis, pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor perjalanan mengenai tren-tren yang tengah berlangsung di industri pariwisata halal.

"Serta bagaimana mereka dapat memaksimalkan peluang yang diberikan oleh sektor industri perjalanan yang terus berkembang pesat ini," ujar dia.

Menurut Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018, total pengeluaran para wisatawan Muslim secara global diperkirakan akan mencapai 220 miliar  dolar AS pada 2020. Bahkan pertumbuhan pasar ini juga diproyeksikan akan terus berkembang sebanyak 80 miliar dolar AS dan mencapai 300 miliar dolar AS pada 2026.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement