Jumat 25 Jan 2019 14:46 WIB

Pemerintah Perluas Lahan Perkebunan Kopi Kerinci

Perluasan lahan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas kopi.

Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang (kemeja putih berkaca mata hitam), saat meninjau lahan perluasan perkebunan kopi Kerinci di Kota Sungai Penuh, Jambi, Jumat (25/1).
Foto: Dok Republika
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang (kemeja putih berkaca mata hitam), saat meninjau lahan perluasan perkebunan kopi Kerinci di Kota Sungai Penuh, Jambi, Jumat (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAI PENUH – Untuk meningkatkan produktivitas kopi Kerinci di Kota Sungai Penuh maupun di Kabupaten Kerinci, pemerintah memperluas lahan pertanian kopi. Tepatnya di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh, Jambi.

“Jadi, lahan perluasan ini kita jadikan pilot project untuk memanfaatkan lahan secara optimal. Konsepnya adalah peningkatan produktivitas,” kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang saat meninjau lahan perluasan perkebunan kopi di Kota Sungai Penuh, Jumat (25/1).

Menurut Bambang, di lahan yang berdiri di atas 1.400 meter dari permukaan laut ini, produktivitas kopi arabika bisa ditingkatkan dengan perluasan lahan. Tujuan lain dari perluasan lahan perkebunan kopi adalah menyelematkan lahan dari resiko kerusakan karena erosi dengan pendekatan populasi.

Kemudian, tanaman kopi tersebut diintegrasikan dengan tanaman kayu manis sebagai tanaman penaungnya. “Nanti kayu manisnya ditata rapih, dipotong jadi dari segi estetika membuat lahan ini menjadi lebih indah,” kata Bambang.

Dengan begitu, wilayah perluasan lahan ini bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata yang membuat masyarakat tertarik berkunjung ke tempat ini. “Ini didukung lahan di sini yang sangat indah, air sungainya jernih dan tanahnya yang subur,” kata Bambang.

Selain itu, Bambang melanjutkan, perluasan lahan ini menunjukkan jika kopi dikelola dengan baik dengan investasi yang cukup, maka akan menguntungkan dari segi ekonomi. Di mana, hasilnya bukan hanya 600 kilogram per hektare tetapi bisa mencapai tiga ton per hektarenya.

“Ini juga bisa menjadi bahan pendidikan bagi anak-anak muda dari perguruan tinggi, SMK teknis perkebunan agar mereka bisa mengelola lahan dengan baik,” kata Bambang.

Sementara, Anwar (43 tahun) anggota Kelompok Tani Tunas Bakti berharap, pihaknya diberi bimbingan dan pelatihan dari pemerintah dalam mengelola lahan perkebunan kopi. Karena, tidak semua anggota kelompok taninya mengerti tentang kopi.

“Mereka ini sebelumnya banyak menanam tanaman sayur seperti kentang dan cabai,” kata Anwar.

Anwar mengatakan, perluasan lahan perkebunan kopi di daerahnya bisa menjanjikan. Karena lahan ini berada di dataran tinggi yang sangat cocok dengan kopi arabika. “Karena itu, supaya ini dimanfaatkan dan dimaksimalkan dengan baik, kami sangat membutuhkan penyuluhan dari pemerintah,” kata Anwar.

Saat ini, lanjut Anwar, ada dua kelompok tani yang siap menggarap perkebunan kopi di lahan perluasan itu. Masing-masing kelompok tani beranggotakan 20 orang. Dan, lahan yang dipersiapkan kemungkinan mencapai 80 hektare yang dibagi untuk dua kelompok tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement