Rabu 16 Jan 2019 17:21 WIB

Kementan Kembangkan Beras Basmati untuk Komoditas Ekspor

Beras yang asalnya dari India ini akan diproduksi massal untuk memenuhi pasar ekspor.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Gita Amanda
Sekertaris Jenderal Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro (pakai batik samping kiri) beserta Kepala BB Padi Sukamandi, Priatna Sasmita, saat meninjau lokasi persawahan yang ditanami varietas beras basmati, di areal perkebunan BB Padi Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Subang, Rabu (16/1).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Sekertaris Jenderal Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro (pakai batik samping kiri) beserta Kepala BB Padi Sukamandi, Priatna Sasmita, saat meninjau lokasi persawahan yang ditanami varietas beras basmati, di areal perkebunan BB Padi Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Subang, Rabu (16/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Kementerian Pertanian (Kementan), akan merilis benih padi baru jenis basmati. Beras super ini, rencananya akan dilepas pada pertengahan Februari mendatang. Bahkan, beras yang asalnya dari India ini akan diproduksi massal untuk memenuhi pasar ekspor.

Sekertaris Jenderal Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, mengatakan saat ini pemerintah melakukan terobosan baru mengenai jenis dan varietas padi. Selama ini, Kementan melalui Balitbang ataupun BB Padi, fokus pada penelitian padi untuk kebutuhan lokal. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, jenis padi yang ada di dunia juga mengalami kemajuan.

"Salah satunya, jenis japonica yang berasal dari Jepang. Serta, beras jenis basmati yang berasal dari India serta Pakistan," ujar Syukur, saat melakukan  kunjungan ke Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, di Kecamatan Ciasem, Subang, Rabu (16/1).

Untuk beras japonica, lanjut Syukur, awalnya Indonesia mengimpornya dari Jepang. Mengingat, permintaan akan beras ini terutama untuk pasar restoran Jepang dan Korea yang ada di Tanah Air cukup tinggi. Sedangkan, produksi dalam negeri untuk beras jenis ini tidak ada.

Oleh karena itu, pada 2007 silam, para peneliti dari BB Padi Sukamandi ini sengaja terbang ke Jepang, Korea dan Taiwan, untuk membawa benih beras japonica. Benih beras ini, lalu diteliti. Ternyata, cukup lama. Baru, pada 2017 atau sepuluh tahun kemudian, beras japonica bisa dikembangkan di Tanah Air.

Itupun, bibitnya yang sukses dikembangkan berasal dari Taiwan. Saat ini, Indonesia telah memiliki varietas japocina. Namanya, yaitu varietas tarabas. Varietas ini telah dilepas ke pasaran. Serta sudah diproduksi massal.

Selama 2018 kemarin, ekspor Indonesia untuk beras tarabas mencapai 3.100 ton. Dengan tujuan, negara Asia Timur Raya, yakni Jepang, Korea dan Taiwan. Ekspor tersebut, nilainya mencapai 1,3 juta dolar Amerika Serikat.

"Ini sangat potensial, varietas beras untuk komiditi ekspor," ujarnya.

Di 2019 ini, lanjut Syukur, ekspor beras tarabas targetnya akan naik. Menjadi 40 persen, dari produksi 2018 kemarin. Tentunya, dengan peningkatan ekspor ini diharapkan bisa berdampak baik terhadap pendapatan negara.

Selain tarabas, sambungnya, beras yang potensial lainnya untuk dikembangkan yaitu basmati. Apalagi, saat ini sudah ada investor yang siap menanamkan modalnya untuk investasi di sektor bahan pangan itu. Salah satunya, investor asal Yordania.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong supaya varietas basmati ini segera dirilis ke pasaran. Untuk target tahap awalnya, BB Padi Sukamandi bisa memroduksi 100 kilogram benih sumber atau breeder seed.

Guna mendukung varietas ini, lanjut Syukur, pemerintah pusat sudah bekerja sama dengan daerah untuk menyediakan lahan pengembangan padi basmati ini. Ada 300 ribu hektar lahan di Kalimantan Tengah, yang sudah siap ditanami padi dan bahan pangan lainnya.

"Jadi, saya akan terus kawal mengenai penelitian varietas basmati ini. Sebab, pasarnya sudah sangat terbuka. Terutama, negara di Timur Tengah," ujar Syukur.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Priatna Sasmita, mengatakan saat ini varietas basmati ini sedang dikembangkan. Bahkan, sudah terdapat dua galur. Dua bulan lagi, diprediksi benih sumber (bredeer seed) bisa dipanen.

"Kita tinggal menunggu legitimasi untuk varietas ini. Jika sudah ada payung hukumnya, pertengahan Februari mendatang siap dilepas ke pasaran," ujar Priatna.

Beras basmati yang dikembangkan BB Padi ini, berbeda dari beras asalnya di India dan Pakistan. Di Indonesia, beras ini lebih disempurnakan lagi. Sebab, di negara asalnya beras ini hanya bisa ditanam di dataran tinggi.

Sedangkan, di Indonesia bisa ditanam di dataran rendah. Bahkan, beras ini mengandung indeks glikemiknya rendah. Tetapi, kandungan amilosanya mencapai 26. Sehingga, tekstur nasinya cenderung pera. Bahkan, provitas produksi untuk beras basmati ini bisa mencapai 8,4 ton per hektarenya.

"Kita juga sedang meneliti, supaya benih basmati ini bisa tanah hama WBC ataupun hama kresek," ujar Priatna.

Di tempat yang sama, Direktur IRRI untuk Indonesia, Hasil Sembiring, mengaku, sangat mendukung langkah dari Kementan ini. Apalagi, pengembangan varietas beras ini untuk menunjang ketahanan pangan dunia.

"Beras yang diteliti dari BB Sukamandi ini, sangat diakui oleh dunia. Karena itu, kita mendorong supaya lembaga ini untuk terus meningkatkan terus produksinya," ujar Sembiring.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement