REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- PT Industri Kereta Api Persero (Inka) menyatakan pengerjaan Kereta Ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) yang merupakan pesanan PT KAI (Persero) hingga kini telah mencapai 15 persen. Sudah ada 48 car body atau kereta yang selesai dikerjakan.
"Kalau dari sisi progres secara general, untuk fisik secara general persentasenya mencapai 15 persen," ujar Project Manager LRT PT INKA (Persero), Panji Sulaksono kepada wartawan di Madiun, Selasa (14/1).
Menurut dia, saat ini dari sisi fabrikasi, ada 48 kereta yang telah selesai dikerjakan. Sedangkan dari sisi finishing, Inka telah menyelesaikan empat trainset atau 24 kereta.
"Untuk yang finishing, saat ini mulai dilakukan pemasangan komponen interior, kelistrikan, pengereman dan persinyalan," kata dia.
Pihaknya menargetkan pengerjaan fisik LRT Jabodebek tersebut akan selesai pada Oktober 2019. Setelah proses pengerjaan di area produksi selesai, PT Inka akan melakukan uji statik internal pabrikan sebagai dasar atau parameter pengujian sebelum kereta dikirim ke lokasi untuk pengujian lanjutan.
LRT Jabodebek merupakan salah satu proyek strategis pemerintah dalam rangka memberikan kemudahan dan kecepatan transportasi kepada masyarakat. Nilai kontrak proyek tersebut mencapai Rp 3,9 triliun dengan jumlah mencapai 31 rangkaian atau sebanyak 186 kereta.
Pengerjaan proyek itu juga melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki kontrak selama 10 bulan mulai sejak LRT akan digarap yakni 13 Maret 2018 hingga 14 Januari 2019. Adapun ruang lingkup kerja sama teknologi yang dilakukan dengan Inka meliputi desain hingga pengujian. Di antaranya, review design validasi dan verifikasi desain, RAMS (Reliability, Availability, Maintainability and Safety (RAMS); Project Management, serta pengawasan terhadap quality process.
"Dari hasil pendampigan dan kerja sama, masih ada beberapa rekomendasi untuk dilakukan penyempurnaan. Misalnya terkait dengan RAMS. Kami berharap ada kerja sama lagi sehingga rekomendasi penyempurnaan dapat diuji lebih baik lagi," kata Direktur Pusat Teknologi Industri Permesinan BBPT yang juga merupakan Kepala Program LRT BPPT, Barman Tambunan.
Melalui kerja sama tersebut, lanjutnya, BPPT juga mendorong Inka untuk meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada industri perkeretaapian nasional, termasuk proyek LRT Jabodebek.
Selain itu, BPPT juga mendorong Inka memiliki kesiapan teknologi sehingga mampu menjawab tantangan untuk memproduksi kereta api sesuai kebutuhan. Utamanya, mengejar penerapan teknologi kereta api berpenggerak terbaru, seperti kereta tanpa masinis di negara maju.