Selasa 15 Jan 2019 23:39 WIB

Menpora Harapkan Kompetisi Bola Internasional di Tasikmalaya

Tasikmalaya memiliki ;apangan bola berkualitas yang dibangun dari dana desa.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Gita Amanda
 Pemerintah Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat melakukan revitalisasi Lapangan Sakti Lodaya. Proses revitalisasi ini melibatkan anggaran dana desa tahun 2018 sebesar Rp 700 juta.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Pemerintah Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat melakukan revitalisasi Lapangan Sakti Lodaya. Proses revitalisasi ini melibatkan anggaran dana desa tahun 2018 sebesar Rp 700 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya sempat viral. Sebab, desa itu memiliki sebuah lapangan bola berkualitas dan didanani dari dana desa.

Hal ini pun membuat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi tertarik untuk melihat langsung lapangan tersebut. Ia pun mengaku bangga karena lapangan itu tak kalah dibandingkan dengan lapangan berskala nasional.

“Saya harap agar lapangan ini dapat digunakan untuk kompetisi bola berskala internasional. Kemungkinan hal ini dapat terealisasi setelah Ramadhan tahun ini dan melibatkan sebelas negara,” kata Imam saat melakukan kunjungan di Lapangan Sakti Lodaya, Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Tasik pada Selasa (15/1).

Dengan adanya lapangan ini, ia pun berharap, kebangkitan sepakbola nasional dapat bermula dari desa. Ia pun meyakini, desa memiliki potensi-potensi bibit unggul yang dapat dikembangkan menjadi atlet profesional.

photo
Pemerintah Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat melakukan revitalisasi Lapangan Sakti Lodaya. Proses revitalisasi ini melibatkan anggaran dana desa tahun 2018 sebesar Rp 700 juta.

Ia pun mengapresiasi terobosan dari Desa Cisayong yang menggunakan dana desa untuk pengembangan lapangan bola. Ia pun berharap, terobosan ini dapat menjadi inspirasi bagi desa lain di Indonesia.

Kepala Desa Cisayong, Yudi Cahyudin mengatakan, sejak dioperasikan pada November 2018, lapangan ini menyedot antusiasme dari sejumlah penggemar sepak bola. “Pendapatan sudah menembus Rp 30 juta.” Kata Yudi.

Namun, selain sebagai pemasukan desa, salah satu misi utama dari pengembangan lapangan ini adalah untuk membangkitkan dunia sepak bola Indonesia. Ia berharap, lapangan ini dapat berperan dalam mengasah bibit unggul yang berpotensi menjadi pemain profesional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement