REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM, Ignasius Jonan tak menampik harga jual avtur dalam negeri yang masih mahal jika dibandingkan negara lain. Jonan menjelaskan, salah satu komponen harga yang membuat avtur dalam negeri mahal adalah beban pajak.
Ia menjelaskan, jika ingin bersaing dengan harga avtur negara tetangga seperti Singapura, maka perlu adanya pengurangan kebijakan pajak. “Harga Avtur harus bisa kompetitif. Kalau mau dikurangi, yang dikurangi adalah kebijakan pajaknya. Komponen lainnya harus bisa kompetitif,” ujar Jonan, Selasa (15/1).
Jonan menjelaskan mekanisme penentuan harga avtur tentulah tidak sama seperti BBM lain. Ia menjelaskan harga disetiap indonesia memiliki harga yang berbeda tergantung ongkos ditribusi. Hanya saja, menurutnya, untuk di kota kota besar, ia menilai harga avtur mestinya bisa lebih kompetitif.
"Di daerah seperti Merauke dan Tarakan mungkin bisa ditambahkan komponen harga. Namun, di Makassar, Surabaya dan Bali, harganya harus kompetitif," ujar Jonan.
Ia pun meminta agar Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, untuk mengecek kondisi tersebut. "Ini saya minta Pak Wakil Menteri ESDM untuk mengecek karena sudah mulai ribut," ujar Jonan.
Sebelumnya, Manager External Communication PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita menjelaskan, penentuan harga jual avtur Pertamina kepada sejumlah maskapai penerbangan sudah melewati kesepakatan bersama dalam kontrak jangka waktu tertentu. Arya menjelaskan, dalam menentukan besaran harga jual avtur, Pertamina memperhitungkan banyak hal.
Arya juga menjelaskan, penentuan harga Avtur juga sangat dipengaruhi pergerakan harga minyak dunia. "Harganya mengacu pada MOPS. Ketika harga minyak dunia turun, harga avtur juga mengalami penyesuaian. Jadi pada prinsipnya, kami yakin harga kami kompetitif," ujar Arya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (13/1).
Selain itu, ada banyak hal yang mempengaruhi harga avtur selain harga minyak dunia. Arya menjelaskan, salah satunya nilai tukar mata uang, biaya distribusi, supply chain, dan lain-lain.
Arya juga menegaskan untuk penerbangan non reguler, Pertamina juga akan memberlakukan harga yang berbeda sesuai dengan kondisi pasar saat itu. "Sehingga, kita harus cermat jika membandingkan harga avtur di satu bandara dengan bandara yang lain. Kondisinya bisa jadi berbeda dan tidak setara untuk diperbandingkan," ujar Arya.