Rabu 09 Jan 2019 22:26 WIB

Biaya Kargo Mahal, Pengusaha Setop Pengiriman Cabai

Kargo pesawat naik hingga 150 persen.

Petani memetik cabai rawit di area persawahan Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Jumat (31/3).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petani memetik cabai rawit di area persawahan Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Jumat (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID,

MATARAM -- Para pengusaha di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, menghentikan untuk sementara pengiriman cabai. Sebab, biaya kargo pesawat mahal.

"Sudah hampir satu bulan kami menghentikan pengiriman karena harga kargo pesawat mengalami kenaikan hingga 150 persen," kata Ketua Asosiasi Cabai Indonesia Provinsi NTB Subhan, Rabu (9/1).

Menurut dia, kenaikan biaya kargo tersebut berdampak terhadap harga beli cabai rawit hijau di tingkat petani. Cabai jenis tersebut yang paling banyak dikirim ke Sumatra dan Batam.

Oleh sebab itu, pengiriman dihentikan untuk sementara dan fokus memenuhi kebutuhan dalam daerah dan pengiriman ke Jakarta untuk jenis cabai rawit lokal.

"Kalau mengirim menggunakan jalur darat ke Batam, relatif sulit. Harus pakai kargo. Beda dengan Jakarta masih aman pakai jalur darat," ujarnya.

Subhan mengaku sudah menyampaikan masalah yang dihadapi para petani yang sekaligus menjadi pengusaha cabai kepada Kepala Dinas Perdagangan NTB Putu Selly Andayani, sebelum melakukan pertemuan dengan jajaran Dinas Perhubungan NTB.

"Kami masih belum mendapatkan titik temu setelah melakukan pertemuan di dua instansi tersebut," ucapnya.

Dia juga akan segera menyurati Gubernur NTB Zulkieflimansyah untuk membahas masalah kenaikan biaya kargo pesawat hingga 150 persen.

"Kalau itu tidak bisa ditangani, saya bisa pastikan petani cabai tidak akan menanam jenis cabai rawit yang dipasarkan keluar NTB," katanya.

sumber : antara

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement