REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah bergerak naik 35 poin menjadi Rp 14.110 per dolar AS pada pagi ini, Rabu (9/1). Penguatan rupiah terjadi seiring dengan harapan positif pada hasil perundingan kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan kuatnya harapan pelaku pasar terhadap tercapainya kesepakatan perdagangan antara AS dan Cina masih menjadi faktor positif bagi mata uang negara berkembang. "Mata uang emerging market, seperti Indonesia cukup terbantu oleh sentimen eksternal itu," katanya di Jakarta, Rabu (9/1).
Apalagi, lanjut dia, sentimen dari dalam negeri juga cukup kondusif. Sejumlah indikator data ekonomi nasional seperti inflasi, cadangan devisa, dan realisasi APBN 2018 cukup sehat dan kredibel.
"Sentimen domestik itu juga memicu aliran dana asing masuk, sehingga mendorong permintaan mata uang lokal," katanya.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan posisi cadangan devisa pada tahun 2019 ini kemungkinan bisa berlanjut naik dengan mulai masuknya dana asing kembali ke pasar saham dan obligasi negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Masuknya dana asing itu seiring dengan kemungkinan kebijakan suku bunga the Fed yang cenderung dovish," katanya.
Ia menambahkan aturan pemerintah mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mewajibkan sumber daya alam (SDA) disimpan di bank lokal juga akan menjadi faktor positif bagi rupiah ke depan.