REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Jenderal Perjanjian Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo memprediksi, perjanjian Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Mozambik dan Tunisia dapat diselesaikan pada semester pertama tahun ini. Teks dokumen sudah rampung yang tinggal dilanjutkan dengan pembicaraan komitmen masing-masing negara.
Pembicaraan tersebut meliputi komoditas yang akan masuk dalam PTA. Menurut Iman, pemerintah Indonesia sudah mengetahui apa yang diinginkan Mozambik dan Tunisia.
Pihaknya juga telah membuat daftar produk yang dapat dipenuhi Indonesia untuk kedua negara tersebut. "Cuma, mereka belum mengerjakan PR (pekerjaan rumah)-nya," ujarnya ketika ditemui di Gedung Kemendag, Jakarta, Senin (7/1).
Sebagai tindak lanjut, Iman mengatakan, timnya kemungkinan akan berkunjung ke Mozambik dan Tunisia pada akhir Januari atau awal Februari. Dalam kunjungan itu, diharapkan kedua negara sudah merampungkan daftar komoditas yang dapat dituangkan dalam PTA.
Selain Mozambik dan Tunisia, pemerintah Indonesia juga akan memulai perundingan bersama negara lain untuk terlibat dalam kerjasama dengan skema PTA. Dua di antaranya adalah Bangladesh dan Srilanka. Upaya ini juga sebagai bentuk perluasan pasar ekspor yang sudah diamanatkan Presiden Joko Widodo.
Selain PTA, Iman menambahkan, pihaknya juga sedang menjajaki hubungan perdagangan dengan Turki. Tapi, skemanya bukan dengan PTA, melainkan trade in goods agreement atau perundingan perdagangan barang. Pembicaraan kedua negara sudah berlangsung sejak tahun lalu dan kini telah memasuki tahapan kedua atau ketiga.
Perundingan perdagangan barang merupakan tahapan awal dengan tujuan akhir Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Dari situ, perundingan dilanjutkan dengan bahasan lain seperti jasa dan investasi. "Tapi, untuk tahapan awal ini, kami akan fokus di goods (barang) dulu," ucap Iman.
Iman menjelaskan, konsep kerjasama ini akan mirip dengan yang diberlakukan Indonesia dan Chile. Sebelum pindah ke CEPA, kedua negara fokus di perdagangan barang terlebih dahulu.
Upaya ini diharapkan dapat memberikan perlakuan preferensi perdagangan Turki terhadap produk-produk Indonesia. Terutama dalam mengeliminiasi hambatan perdagangan, baik tarif maupun non tarif.
Selain PTA, Iman menambahkan, Indonesia juga menjajaki perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) dengan Korea Selatan. Proses negosiasi sempat berlangsung pada 2014 dan terhenti.
"Tapi, kami sepakat bahwa tidak akan melanjutkan apa yang tertinggal begitu saja kemarin. Kami akan riset, dilihat dari awal lagi," katanya.
Menurut Iman, poin yang masih relevan akan diteruskan. Sebaliknya, jika sudah tidak relevan, maka pemerintah kedua negara akan membicarakan bagaimana penggantiannya yang tepat. Misal, terkait barang yang masuk kelompok sensitif di ASEAN Korea FTA, baik bagi Korea Selatan maupun Indonesia.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, perjanjian perdagangan dengan sejumlah negara ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor. Ia berharap, Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) dapat diteken di tahun ini. Selain itu, perjanjian Indonesia-EFTA (IE) CEPA akan diratifikasi sebelum akhir semester pertama.
Enggar menambahkan, ada juga beberapa perjanjian ASEAN plus one yang telah diratifikasi melalui Peraturan Presiden (Perpres) dan sudah berlaku. Ia memprediksi, dampaknya sudah dapat dirasakan pada tahun ini.
"Jadi, kita dapat manfaatkan fasilitas, kesepakatan yang udah dimanfaatkan negara ASEAN," ujarnya.
Dalam tiap kunjungan, Enggar juga memastikan pemerintah melakukan misi dagang dengan turut membawa pengusaha. Selain melakukan pembicaraan formal, bisnis matching turut dilaksanakan hingga menghasilkan cukup banyak transaksi langsung.