Kamis 03 Jan 2019 16:15 WIB

Kementan Tingkatkan Prioritas Bali Bebas Rabies Tahun Ini

Arah pembebasan penyakit rabies di Bali saat ini sudah terbuka lebar.

Red: EH Ismail
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita pada Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Vaknisasi Massal dan Pemberantasan Rabies di Bali, Kamis (3/1).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita pada Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Vaknisasi Massal dan Pemberantasan Rabies di Bali, Kamis (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Provinsi Bali menjadi etalase Indonesia sebagai daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan dalam negeri maupun manca negara. Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan tersebut Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan meningkatkan prioritas Bali bebas dari penyakit rabies atau anjing gila pada 2019. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita pada Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Vaknisasi Massal dan Pemberantasan Rabies di Bali, Kamis (3/1).

Menurut Ketut, arah pembebasan penyakit rabies di Bali saat ini sudah terbuka lebar. Ia menyebutkan, kasus rabies di Bali cenderung terkendali dan sudah ada beberapa daerah yang dalam beberapa tahun ini tidak ditemui kasus seperti Kota Denpasar, Pulau Nusa Penida, Lembongan dan Ceningan di Kabupaten Klungkung.

“Lebih dari 80% dari 716 desa yang ada di Bali tidak ada kasus Rabies pada 2018,” kata Ketut.

Ketut meminta masyarakat di Bali segera melaporkan setiap ada kejadian kasus gigitan maupun kematian manusia akibat penyakit Rabies. Ia berharap  Dinas Peternakan Provinsi Bali dan Balai Besar Veteriner Denpasar untuk tetap bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk penanfanan pembebasan penyakit ini.

"Beberapa lembaga internasional mengatakan SOP (Standar Operasional Prosedur) penanganan penyakit Rabies di Bali ini  sudah sangat baik atau terbaik, sehingga ini harus terus kita tingkatkan sampai Bali benar-benar dinyatakan bebas dari Rabies,” ujarnya.

Ketut menjelaskan, penyakit rabies saat ini masih terjadi di 2/3 belahan dunia dan berdasarkan laporan WHO pada 2017, setiap 10 menit terjadi kasus kematian akibat gigitan anjing gila di daerah endemis. Ia sebutkan, sebagian wilayah Indonesia merupakan wilayah endemis terhadap rabies. Sehingga memacu pemerintah pusat dan daerah untuk terus berusaha mengendalikan serta memberantas rabies, mengingat penyakit ini bersifat zoonosis (dapat menular dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies (HPR) antara lain anjing, kucing dan kera), serta dapat mengakibatkan kematian pada manusia apabila tidak mendapatkan penanganan sesuai prosedur.

Mengingat bahayanya penyakit Rabies yang dapat menular ke manusia, Kementan menargetkan Indonesia bebas Rabies pada 2030. Ketut mengatakan, hal ini selaras dengan target yang telah ditetapkan oleh OIE, WHO dan FAO pada tahun 2015 lalu pada pertemuan di Jenewa.

Salah satu langkah yang dilakukan oleh Kementan dalam mendukung dan mencapai target bebas rabies pada 2030, yaitu dengan melakukan pembebasan wilayah melalui pendekatan zona. “Langkah pembebasan dengan sistem zona ini dimaksudkan untuk memperluas wilayah bebas di Indonesia,” tutur  Ketut.

Untuk itu, pada 2019 ini Kementan memperluas daerah pembebasan rabies dengan menyiapkan langkah pencegahan penyebaran virus rabies, salah satunya adalah dengan memberikan 1,3 juta dosis vaksin antirabies. “Pengadaan 1,3 juta dosis vaksin antirabies dengan nilai sebesar Rp 33 miliar diprioritaskan untuk provinsi yang tertular rabies.

Kebijakan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dalam program pengendalian dan pemberantasan, antara lain: 1). vaksinasi di wilayah endemis ataupun wilayah bebas yang terancam; 2). Surveilans; 3). pengawasan lalu lintas HPR; 4). manajemen populasi HPR serta; 5). bekerjasama dengan pihak kesehatan dalam rangka penanganan kasus gigitan yang terjadi.

 

Kementan Berhasil Bebaskan 4 Pulau Dari Penyakit Rabies di 2018

Kementerian Pertanian bersama dengan pemerintah daerah setempat telah berhasil membebaskan penyakit rabies di empat pulau pada 2018, diantaranya Pulau Tarakan, Nunukan dan Sebatik di Provinsi Kalimantan Utara, serta Pulau Tabuan di Provinsi Lampung.

Empat wilayah tersebut telah dinyatakan bebas rabies melalui keputusan Menteri Pertanian No.776/Kpts/P.320/11/2018 untuk Pulau Tarakan, Nunukan dan Sebatik di Provinsi Kalimantan Utara dan Pulau Tabuan di Provinsi Lampung melalui keputusan Menteri Pertania No. 783/Kpts/P.320/11/2018. Ia sebutkan bahwa pembebasan ini telah disesuaikan dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yaitu tidak ada kasus rabies baik pada manusia selama 2 tahun terakhir baik pada hewan maupun pada manusia. Selain itu juga didukung oleh hasil surveilans oleh Balai Veteriner Lampung dan Balai Veteriner Banjarbaru yang membuktikan tidak adanya agen penyakit di wilayah tersebut.

“Laporan terkait situasi rabies di wilayah tersebut telah dikaji oleh Tim Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan rekomendasi pembebasan dari Tim Komisi Ahli tersebut selanjutnya kita jadikan sebagai salah satu dasar pemberian rekomendasi pembebasan oleh Otoritas Veteriner Nasional,” kata Ketut.

Selain empat pulau tersebut di atas, sebelumnya juga telah dinyatakan status bebas rabies di lima pulau, diantaranya Pulau Weh (Provinsi Aceh), Pulau Pisang (Provinsi Lampung), Pulau Mentawai (Provinsi Sumatera Barat), Pulau Enggano (Provinsi Bengkulu), dan Pulau Meranti (Provinsi Riau). Selanjutnya dari 34 Provinsi, saat ini terdapat sembilan provinsi di Indonesia telah dinyatakan bebas rabies (yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTB, Papua, dan Papua Barat).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement