Selasa 18 Dec 2018 09:20 WIB

Menteri Susi Dorong Penyelesaian Sampah Plastik

Saat ini banyak alternatif pengelolaan sampah plastik.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah siswa SD mengumpulkan sampah yang berserakan di kawasan hutan mangrove Karangsong, Kecamatan Indramayu, dalam kantong plastik. Program ini disuppot penuh oleh Pertamina RU VI Balongan.
Foto: (Foto: Pertamina RU VI Balongan)
Sejumlah siswa SD mengumpulkan sampah yang berserakan di kawasan hutan mangrove Karangsong, Kecamatan Indramayu, dalam kantong plastik. Program ini disuppot penuh oleh Pertamina RU VI Balongan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendorong penyelesaian sampah plastik perlu diselesaikan. Susi menegaskan persoalan sampah plastik bahkan sudah memberikan dampak buruk bagi kelangsungan laut. 

"Sekarang 3,2 juta ton sampah plastik ke laut. Kalau tidak selesaikan, 2030 akan lebih banyak plastik dari pada ikan di lautan," kata Susi di Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Senin (17/12). 

Susi menilai jika laut juga ikut tercemar dengan adanya sampah plastik yang sudah tidak bisa dikontrol maka akan sama buruknya untuk di daratan. Susi mengatakan jika laut banyak sampah plastik maka di daratan semakin tidak produktif tanah pertaniannya.

Untuk itu Susi meminta semua pihak manapun dapat mengurangi sampah plastik. "Saya ajak kita semua dari diri kita sendiri. Kalau menunggu kebijakan publik tidak mudah, selalu ada pro dan kontra," jelas Susi. 

Terlebih Susi tidak ingin Indonesia kalah dengan Kenya yang sudah mengatur penggunaan plastik. Susi mengatakan di Kenya sudah menerapkan larangan penggunaan plastik. 

Bahkan menurut Susi, saat ini banyak sekali alternatif pengelolaan sampah plastik. Dia mencontohkan salah satunya kerajinan tas di Cilacap dapat memanfaatkan plastik dan menghidupkan UMKM juga.

Tak hanya soal plastik, Susi juga menilai pemakaian sedotan menjadi salah satu yang terparah dalam merusak laut. "Sedotan plastik juga, masa sudah pakai gelas masih minta sedotan plastik. Itu IQ-nya perlu dipertanyakan," tutur Susi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement