Senin 17 Dec 2018 12:39 WIB

Defisit Neraca Perdagangan Tembus 2,05 Miliar Dolar AS

Defisit perdagangan pada November 2018 dipicu sektor migas.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).
Foto: bea cukai
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca dagang Indonesia kembali mencatatkan defisit pada November 2018 sebesar 2,05 miliar dolar AS. Secara kumulatif, neraca dagang Indonesia pada Januari hingga November 2018 mengalami defisit 7,52 miliar dolar AS.

"Neraca dagang defisit cukup dalam sebesar 2,05 miliar dolar AS," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (17/12).

Defisit perdagangan pada November 2018 utamanya disebabkan oleh defisit migas sebesar 1,5 miliar dolar AS. Kemudian, perdagangan nonmigas juga mengalami defisit 583 juta dolar AS.

Suhariyanto menyampaikan, selama Oktober dan November terjadi pergerakan harga untuk sejumlah komoditas. Untuk komoditas nonmigas, terjadi kenaikan harga coklat dan emas. Sementara harga komoditas nonmigas yang turun adalah minyak kernel, minyak kelapa sawit, batu bara, dan nikel.

Selain itu, harga minyak mentah Indonesia juga turun dari 77,56 dolar AS per barel pada Oktober 2018 menjadi 62,98 dolar AS per barel pada November 2018.

Kinerja ekspor Indonesia pada November 2018 tercatat sebesar 14,83 miliar dolar AS. Angka itu turun 6,69 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan ekspor pada November 2017 terjadi penurunan ekspor sebesar 3,28 persen.

Sementara itu, impor November 2018 tercatat sebesar 16,88 miliar dolar AS atau turun 4,47 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan November 2017 masih terjadi kenaikan 11,68 persen.

"Kita berharap berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah bisa lebih terimplementasi karena memang butuh waktu utamanya untuk mendorong ekspor," kata Suhariyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement