Jumat 14 Dec 2018 19:04 WIB

Target Produksi Pajale 2019 Dinilai Realistis

Pemerintah perlu percepat pemberian modal dan teknologi bagi petani secara langsung.

Sejumlah buruh tani memanen kedelai. (ilustrasi)
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Sejumlah buruh tani memanen kedelai. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Target peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (pajale) yang ditetapkan pemerintah dinilai realistis. Bahkan, target sebanyak 119,8 juta ton itu mendapatkan apresiasi.

Ketua Umum Serikat Tani Nasional, Ahmad Rifai, mengatakan pemerintah sudah berada di jalan yang benar dalam upayanya meningkatkan kesejahteraan petani melalui produksi pajale. Target 119,8 juta ton dinilainya sebagai angka yang realistis dan harus mendapat dukungan banyak pihak.

"Selama ini, Serikat Tani Nasional selalu mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan target produktivitas," kata Rifai.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rifai mengatakan, untuk memenuhi target tersebut sebaiknya pemerintah menyiapkan caranya. Salah satunya dengan percepatan pemberian modal dan teknologi kepada petani secara langsung. "Untuk memenuhi target itu harus menggunakan taktik," katanya.

Sebelumnya pengamat pertanian Dwi Andreas Santosa mengatakan, Kementan terlalu muluk membuat target. Namun, Rifai mempunyai pandangan berbeda. Sebaliknya, ia memberikan dukungan kepada pemerintah agar petani tidak pesimistis menjalankan aktivitas pertaniannya.

Rifai justru berharap semua pihak memberikan dukungan kepada pemerintah agar bisa mewujudkan target tersebut. "Tentu saja pemerintah harus mempunyai target dan perencanaan yang matang. Sehingga koreksi kita kepada pemerintah bisa berjalan," katanya.

Menurut Rifai, sekarang negeri ini perlu gotong royong dalam pikiran, tindakan maupun ucapan. Akan lebih baik bila pernyataan-pernyataan yang diucapkan bisa membuat bangkitnya semangat.

Rifai mengaku memiliki beberapa catatan yang ditujukan untuk program pemerintah. Tapi melalui beberapa kesempatan, ia menyampaikan kritikan itu secara langsung ke Mentan Andi Amran Sulaiman.

Contohnya ketika serikat tani yang dipimpinnya merasa kurang akses pasar, Rifai membuka komunikasi dengan Mentan. Hasilnya, Mentan langsung mengarahkan petani untuk menemui beberapa pihak.

"Begitu juga ketika harga bawang petani kami di Bima turun. Ketika kami komunikasi dengan Pak Amran, beliau merekomendasikan untuk jumpa ini, jumpa itu. Ya artinya pemerintah punya respons yang baik soal pelayanan," ujarnya memaparkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement