Jumat 14 Dec 2018 15:45 WIB

Kemenhub Integrasikan Tiga Bandara

Bandara baru akan melayani penerbangan domestik jarak jauh dan internasional.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi meninjau pembangunan bandara New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) Kulonprogo, Jumat (14/12).
Foto: Republika/Binti sholikah
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi meninjau pembangunan bandara New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) Kulonprogo, Jumat (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Direktur Jenderal Perhubungan Udara sebagai regulator penerbangan nasional siap menjadi operator Bandara Baru Internasional Yogyakarta (New Yogyakarta International Airport/ NYIA). Kementerian juga siap mengelola bandara-bandara sekitarnya, yaitu Bandara Adi Sutjipto Yogya dan Bandara Adi Sumarmo Solo dengan konsep multi-airport system.

Dirjen Perhubungan Udara Polana B Pramesthi menjelaskan bandara baru ini akan dikembangkan untuk melayani penerbangan domestik jarak jauh dan internasional dengan jarak tempuh penerbangan lebih dari satu jam. Sedangkan Bandara Adi Sutjipto akan dipakai untuk penerbangan jarak dekat dan penerbangan general aviation. Bandara Adi Sumarmo juga akan tetap dikembangkan untuk domestik dan internasional.

"Bandara baru ini akan mempunyai runway yang lebih panjang dan kapasitas terminal penumpang dan kargo yang jauh lebih besar dari bandara lama di Yogya. Dengan demikian, dia bisa melayani pesawat besar seperti Boeing B777, Airbus A380, A330 dan lainnya yang mampu terbang jarak jauh dan membawa banyak penumpang. Jadi dia akan bisa menjadi bandara pengumpul bagi bandara-bandara di sekitarnya," ujar Polana di NYIA, Jumat (14/12).

Beberapa rute internasional yang ditargetkan bisa dilayani dari bandara baru ini misalnya dari Jepang, Cina dan Korea. Bandara ini juga melayani tujuan Arab Saudi untuk penerbangan umrah.

 

Untuk menunjang multi-airport system ini juga sudah disiapkan dukungan multimoda berupa kereta api dan bus untuk mengangkut penumpang bolak-balik dari bandara lama yaitu Bandara Adi Sutjipto menuju Bandara Baru Internasional Yogyakarta. Dari bandara lama menuju bandara baru bisa ditempuh dengan kereta selama 30 menit dilanjutkan bus selama 10 menit. Atau bisa menggunakan transportasi darat melalui jalan raya selama sekitar 1,5 jam perjalanan.

"Dengan multi-airport system ini operasional tiga bandara akan saling melengkapi dan dengan demikian bisa dikembangkan bisnisnya bersama-sama. Daerah sekitar bandara juga akan bisa lebih hidup dan meningkat perekonomiannya," lanjut Polana lagi.

Dari tinjauan lapangan hari ini, pembangunan seluruh infrastruktur Bandara Baru Internasional Yogyakarta baik dari sisi landside maupun airside sudah mencapai 19 persen. Target direncanakan akan mencapai 50 persen pada bulan April 2019, dimana untuk minimum operasional akan dioperasikan terminal Internasional. Sedangkan untuk sisi airside seperti runway, taxiway dan apron ditargetkan pada bulan April 2019 sudah selesai 100 persen dan bisa dioperasionalkan.

Bandara Baru Internasional Yogyakarta ini akan mempunyai landasan pacu sepanjang 3.250 meter dan area parkir pesawat berkapasitas hingga 23 pesawat pada tahap I tahun 2019. Sedangkan tahap ultimate, ditargetkan landas pacu diperpanjang menjadi 3.600 meter dan pengembangan area parkir pesawat berkapasitas hingga 37 pesawat. Juga akan dilakukan pengembangan lanjutan terminal penumpang menjadi 236 ribu meter persegi, yang mampu menampung hingga 25 juta penumpang pertahunnya. 

Sementara itu Bandara Adisutjipto saat ini  memiliki luas 15 ribu meter persegi dan hanya mampu melayani sekitar 1,8 juta penumpang per tahunnya. Apron berkapasitas hanya 11 pesawat dan runway sepanjang 2.200 meter. Padahal, jumlah pergerakan penumpang di bandara Adisutjipto saat ini telah mencapai sekitar delapan juta penumpang. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement