REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Meskipun pertumbuhan ekonomi global kemungkinan melambat, namun laba bersih industri penerbangan di seluruh dunia pada 2019 diperkirakan akan tetap tumbuh. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan pada Rabu (12/12) bahwa laba bersih industri penerbangan diperkirakan akan mencapai 35,5 miliar dolar AS, sedikit di atas perkiraan 32,3 miliar dolar AS pada 2018.
Menurut IATA, harga minyak yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi global yang solid, meskipun lebih lambat, memperluas lompatan keuntungan bagi industri penerbangan global. IATA memprediksi tahun 2019 akan menjadi tahun kesepuluh dari laba dan tahun kelima berturut-turut di mana maskapai penerbangan memberikan pengembalian modal yang melebihi biaya modal industri, menciptakan nilai bagi para investornya.
"Kami telah memperkirakan bahwa kenaikan biaya-biaya akan melemahkan profitabilitas pada 2019. Tetapi penurunan tajam dalam harga minyak dan proyeksi pertumbuhan PDB yang solid telah memberikan sebuah penyangga," kata Direktur Jenderal dan CEO IATA Alexandre de Juniac.
Prospek industri tahun 2019 didasarkan pada harga minyak rata-rata yang diantisipasi sebesar 65 dolar AS per barel. Perkiraan harga rata-rata ini lebih rendah dari 73 dolar AS yang dialami pada tahun 2018, menyusul peningkatan produksi minyak dan peningkatan cadangan minyak AS.
Menurut IATA, bahan bakar diperkirakan mencapai 24,2 persen dari biaya operasi rata-rata maskapai penerbangan.
Industri penerbangan di semua wilayah, kecuali Afrika, diperkirakan akan melaporkan keuntungan pada 2018 dan 2019, kata IATA. Sementara operator-operator di Amerika Utara terus memimpin pada kinerja keuangan, mencapai hampir setengah dari total keuntungan industri, operator-operator Asia-Pasifik, terutama beberapa operator biaya rendah baru, melihat pertumbuhan yang kuat karena pertumbuhan ekonomi regional yang kuat.
"Tetapi ada risiko-risiko penurunan karena lingkungan ekonomi dan politik tetap bergejolak," kata Alexandre.
Lebih lanjut Alexandre menambahkan bahwa industri penerbangan membutuhkan, misalnya, lebih banyak kejelasan tentang bagaimana Brexit akan dilakukan jika pertumbuhan yang solid dan mantap akan tercapai. Ia juga menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas dampak pada industri oleh globalisasi yang kurang inklusif dan meningkatnya kebijakan proteksionis atau sengketa perdagangan atas dunia.
"Kemakmuran akan datang dengan perbatasan yang terbuka untuk orang dan perdagangan. Itu adalah prasyarat bagi penerbangan untuk memberikan yang terbaik untuk pembangunan ekonomi dan sosial global," katanya.
Didirikan pada tahun 1945, IATA adalah asosiasi perdagangan dari 290 maskapai penerbangan dari 117 negara dan wilayah, mewakili sekitar 82 persen lalu lintas udara global. Berkantor pusat di Montreal, Kanada, dan dengan kantor di Jenewa, Swiss, mendukung kegiatan maskapai dan membantu merumuskan kebijakan dan standar-satandar industri.