Rabu 12 Dec 2018 00:02 WIB

ISEF 2018, Bisnis Syariah Indonesia Kebut Ketertinggalan

Tema ISEF, yaitu penguatan ekonomi nasional dengan menciptakan rantai ekonomi halal.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Friska Yolanda

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) 2018 ke-5 dibuka pada Selasa (11/12) malam di Grand City Surabaya. Ajang tahunan festival ekonomi syariah Internasional terbesar di Indonesia kali ini menargetkan integrasi berbagai kekuatan ekonomi syariah Indonesia bisa bersaing di dunia internasional.

Sebelum penyelenggaraan ISEF kelima kali ini, pada 2018 setidaknya telah diselenggarakan tiga kali festival ekonomi syariah di perwakilan wilayah di antaranya Lampung, Semarang dan Balikpapan. Dan di Surabaya kali ini merupakan puncak festival ekonomi syariah yang diselenggarakan selama hampir sepekan, 11-15 Desember 2018.

Pembukaan ISEF 2018 dibuka oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, setelah Presiden Joko Widodo yang dijadwalkan membuka acara namun berhalangan hadir. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan esensi penyelenggaraan ISEF 2018 kali ini merupakan bagian dari program nasional untuk memperbesar porsi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

Target yang ingin dicapai, kata dia, tidak lain mengejar ketertinggalan dari negara negara lain. Sebab Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, seharusnya lebih mampu berperan lebih besar mengembangkan bisnis dan ekonomi syariah.

Perry menyebut upaya menyinergikan berbagai platform ekonomi syariah di Indonesia ini, setidaknya perlu diperkuat tiga pilar. Pilar pertama pemberdayaan ekonomi, pilar kedua pengembangan sektor keuangan dan pilar ketiga edukasi dan kampanye terus menerus manfaat penggunaan ekonomi syariah.

"Tiga pilar ini dilakukan bersamaaan sehingga pengembangan ekonomi syariahnya bisa meningkat, hingga mendukung pengembanagan sektor keuangannya juga," kata Perry kepada wartawan, dalam Konferensi Pers sebelum pembukaan ISEF 2018 ke 5, di Grand City, Surabaya.

Perry mengistilahkan sektor keuangan syariah sebagai kendaraan bisnya, sementara pemberdayaan ekonomi adalah penumpangnya. Sementara pilar ketiga edukasi dan kampanye ke lembaga pendidikan tinggi dan masyarakat, sebagai penguatan pilar pertama dan kedua.

Karena itu, menurutnya momen ISEF adalah even penting memperbesar dan mengkampanyekan ekonomi syariah Indonesia agar bisa mengejar ketertinggalan. "Sasarannya agar Indonesia bisa jadi pemain kunci, bukan hanya pasar ekonomi dan pasar syariah dari beberapa negara," ujar Perry.

Menurut Perry tema ISEF 2018 ini disesuaikan dengan sasaran besar tersebut. Tema ISEF 2018, ke 5 ini yaitu penguatan ekonomi nasional dengan menciptakan mata rantai ekonomi halal dan inovasi inovasi syariah yang diperlukan. Oleh karena itu dalam format ISEF nanti akan digelar berbagai expo.

Tujuannya, menurut Gubernur BI, tidak lain ingin menunjukkan perkembangan ekonomi syariah yang sudah baik. Namun tetap perlu dilakukan transaksi lebih dan bisnis matching yang lebih besar dirasakan.

Sedangkan format acara ISEF kedua dalam akan diselenggarakan berbagai bentuk forum, seminar dan diskusi. Sehibgga dengan dua format ISEF tersebut setidaknya, dalam acara utama terdapat 115 booth usaha syariah, 19 kali workshop atau talkshow, 10 kali launching program dan delapan seminar internasional. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement