REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menjamin pasokan cabai lancar untuk mencukupi kebutuhan masyarakat termasuk pada perayaan Natal dan Tahun Baru 2019. Menurutnya, tidak ada alasan pasokan cabai langka dan harganya tidak stabil.
"Kami terus kawal langsung cabai dari hulu hingga hilir. Direktorat Jenderal Hortikultura saya perintahkan untuk memastikan pasokan cabai aman sepanjang tahun. Tak ada alasan cabai langka. Sudah terbukti kan, dua tahun ini Idul Fitri, Idul Adha masyarakat lebih tenang karena harga cabai tidak lagi melambung dan yang penting gak ada impor cabai segar," kata Amran, Menteri peraih Indonesia Award 2018 sebagai Penjaga Ketahanan Pangan Nasional di Jakarta, Jumat (7/12).
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi optimistis pasokan cabai baik jenis keriting, besar maupun rawit sangat mencukupi saat Natal dan Tahun Baru. Menurutnya, sekarang ini justru yang terjadi harga cabai lagi murah di petani karena produksi di sentra-sentra melimpah.
"Kalau melihat trend lapangan, kami optimistis pasokan cabai sampai Januari nanti mencukupi bahkan surplus," ujarnya.
Suwandi menyebutkan, pasokan cabai ke pasar Jabodetabek mencapai 290 ton per hari atau 8.700 ton sebulan. Hingga kini pasokannya lancar, karena para petani penggerak atau Champion Cabai dari daerah sentra diajak bersama-sama mengamankan pasokan Jabodetabek.
Secara nasional pada Desember ini, pasokan cabai rawit sekitar 54 ribuan ton, Januari 2019 64 ribu ton dan Febuari sekitar 80 ribu ton. Untuk cabai keriting Desember ini ada sekitar 73 rib ton, Januari 2019 113 ribu ton dan Febuari ada 130 ribu ton.
"Aman lah, gak perlu khawatir dengan cabai. Kami juga intensif memacu produksi dan menata sebaran sentra cabai agar pasokan terjaga," ujarnya.
Direktur Sayura-Sayutan dan Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura, Kementan, Prihasto Setyanto menambahka,n jika mau ketersediaan nasional aman sepanjang tahun, yakni harus benar-benar menjaga pola tanam. Tingkat kepatuhan daaerah dalam melaksanakan pola ini sangat mempengaruhi stabilisas produksi.
"Secara nasional dalam satu tahun untuk cabai rawit bulanan memerlukan luas panen berkisar 11 sampai 12 ribu hektar dengan produksi 64 sampai 66 ribu ton. Sedangkan Cabai keriting memerlukan luas panen 12 Sampai 13ribu Hektar dengan produksi 76 Sampai 77 ribu ton per bulannya," jelasnya.
Prihasto menambahkan, angka kebutuhan nasional berdasarkan hitungan Ditjen Hortikultura yakni untuk rawit perbulan sekitar 61ribu ton dan keriting sekitar 72ribu ton.
"Produksi pada bulan tertentu seperti lebaran, Natal dan tahun baru harus sudah kita amankan pola tanamnya 3-4 bulan sebelumnya," tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, Heru Saptono mendukung kebijakan pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Pertanian. Di Sleman ini sudah memiliki klaster kawasan aneka cabai yang diatur pola tanamnya.
“Setiap hari ada panenan dan kita pasarkan secara lelang. Seperti semalam tanggal 6 desember 2018, harga di pasar lelang untuk keriting harga jual lelang mencapai Rp 16.300 per kg dan rawit merah harga jual Rp 17.300 per kg," katanya.
Heru mengatakan, pasokan yang masuk di pasar lelang tersebut mencapai 4 hingga 5 ton permalam. Pasar lelang Sleman ada setiap malam, berarti ada pasokan setiap hari, berarti ada penan pula setiap harinya.
"Intinya kita atur pola tanam supaya harga stabil dan pasokan juga kontinyu. Kluster cabai di Sleman tidak hanya budidaya secara monokultur, ada petani kami di Candibinangun Pakem mengusahakan cabai dengan ikan nila. Istilahnya mina cabe. Dari 1000 meter lahan dia bisa memperoleh Rp 10 juta rupiah dengan modal Rp6 sampai Rp7 juta rupiah selama lima bulan. Sedangkan di areal yang sama bisa panen pembenihan ikan nila dua kali dalam waktu yang sama bisa memperoleh Rp8 juta rupiah. Ini keren," ujar Heru.