Jumat 07 Dec 2018 04:07 WIB

Insinyur Diminta Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri 4.0 sendiri mencakup otomatisasi dan pertukaran data dalam industri

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak (kiri) didampingi anggota Dewan Pakar PII, Rully Chairul Azwar (kanan) berbicara pada acara Refleksi Akhir Tahun 2015 di Jakarta, Kamis (31/12).
Foto: ANTARA FOTO/pandu dewantara
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak (kiri) didampingi anggota Dewan Pakar PII, Rully Chairul Azwar (kanan) berbicara pada acara Refleksi Akhir Tahun 2015 di Jakarta, Kamis (31/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Persatuan Insinyur Indonsia (PII) menyatakan siap menghadapi revolusi industri 4.0 yang mengadang di depan mata. Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak menyebutkan, revolusi industri 4.0 adalah sebuah keniscayaan karena pada prinsipnya usia teknologi semakin pendek. Artinya, perkembangannya begitu cepat sehingga satu betuk teknologi akan dengan cepat digantikan teknologi lainnya. Revolusi industri 4.0 sendiri mencakup otomatisasi dan pertukaran data dalam industri, khususnya di pabrik.

"Ini yang akan kami perhatikan, insinyur dari berbagi daerah untuk memilah mana yang efektif dengan 4.0 dan mana yang efektifkan industri yang kedua dan ketiga," kata Hermanto usai mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Dialog Nasional PII di Padang, Kamis (6/12).

Ia menyebut, insinyur juga akan mengambil fokus kepada lima sektor yang dianggap paling siap menghadapi revolusi industri 4.0 yakni industri otomotif, tekstil, kimia, biokimia, dan elektronik. Namun ia berharap, optimalisasi industri 4.0 bukan sekadar berkaitan dengan konteks industrinya saja, namun juga menyangkut penambahan nilai produk. Misalnya, pemanfaatan kayu terbarukan dalam proses produksi.

Hermanto juga menegaskan bahwa insinyur dalam negeri sebetulnya memiliki kompetensi yang cukup untuk menggarap proyek-proyek stretagis. Ia meminta pemerintah bisa menyerap insinyur domestik dalam mengerjakan proyek infrastruktur, alih-alih memanggil tenaga ahli teknik dari luar negeri.

"Kita harus bisa. Caranya, kalau kami bisa niteni, niru, nambahi. Perhatikan, tiru, dan modifikasi. Sesuai budaya dan material yang ada. Itu ujungnya kan inovasi. Sehingga nilai tambah masuk ke Indonesia. Membuka lapangan kerja, peningkatan SDM," kata Hermanto.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa isu revolusi industri kini sudah menjadi isu global. Ia meminta para insinyur untuk mempersiapkan diri agar terlibat dalam industri masa depan.

"Insinyur diminta mengisi roadmap, salah staunya dengan sertifikasi," kata Airlangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement