Jumat 30 Nov 2018 13:18 WIB

Ekonomi AS Beri Sinyal Membingungkan

Trump mengaku tidak yakin apakah dirinya akan bertemu dengan Presiden Cina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.
Foto: AP Photo/File
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengirimkan sinyal yang membingungkan tentang prospek kesepakatan perdagangan dengan Cina. Adapun Trump mengaku tidak yakin apakah dirinya akan hadir dalam pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Argentina. 

"Saya pikir, kami akan melakukan sesuatu dengan Cina tetapi saya tidak tahu bahwa saya ingin melakukannya, karena apa yang kita miliki saat ini adalah miliaran dolar masuk ke Amerika Serikat dalam bentuk tarif atau pajak," ujar Trump dilansir Reuters, Jumat (30/11).

Presiden Trump dan Presiden Xi dijadwalkan bertemu pada Sabtu (1/12), untuk membahas perdagangan ditengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar itu. Adapun penasehat perdagangan Trump, Peter Navarro juga akan hadir dalam pertemuan tersebut. 

Perusahaan dan konsumen AS harus menanggung sebagian dari biaya tarif dengan membayar harga yang lebih mahal. Di sisi lain, saham AS jatuh pada Kamis (29/11) kemarin akibat ketidakpastian pembicaraan antara Trump dan Xi.

"Saya pikir Cina akan membuat kesepakatan, dan saya terbuka untuk membuat kesepakatan. Tapi sejujurnya, saya suka kesepakatan yang kita miliki saat ini," kata Trump. 

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Perdagangan Cina Gao Feng mengatakan, tim ekonomi dari kedua negara menerapkan konsensus yang dicapai oleh Trump dan Xi dalam panggilan telepon pada bulan ini. Gao berharap pertemuan Trump dan Xi dapat memberikan hasil positif.

"Saya berharap Amerika Serikat dan Cina dapat bergerak ke arah satu sama lain, dan bekerja keras dalam mencapai hasil yang positif dalam pertemuan itu," ujar Gao. 

Tahun ini AS telah memungut biaya tambahan antara 10-25 persen terhadap barang-barang Cina senilai 250 miliar dolar AS. Berdasarkan jajak pendapat Reuters menunjukkan, pabrik-pabrik Cina kemungkinan tengah berjuang untuk tumbuh selama dua bulan terakhir. Sebab, permintaaN di dalam negeri cenderung stagnan dan ancaman tarif oleh AS menahan adanya pesanan barang baru. 

"Pihak Cina telah berulang kali menekankan, esensi dari kerja sama ekonomi dan perdagangan Cina-AS adalah saling menguntungkan, dan win-win," kata Gao. 

Persoalan perang dagang menjadi fokus utama dalam KTT G20. Sebab, perang dagang dapat berpengaruh terhadap fluktuasi ekonomi global. Adapun, dalam KTT G20, Indonesia mendorong perdagangan multilateral yang adil dan terbuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement