Rabu 28 Nov 2018 09:58 WIB

Donald Trump Ancam Potong Subsidi untuk General Motors

GM berencana untuk memangkas 15 ribu pekerja dan menutup empat pabrik di AS

General Motors
Foto: EPA
General Motors

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (27/11) mengancam akan menghapus subsidi untuk General Motors (GM). Ancaman ini sebagai respon atas rencana perusahaan untuk memangkas jumlah pekerja dan pabrik di Amerika Serikat dan Kanada demi penghematan produksi.

"Amerika Serikat menyelamatkan General Motors, dan ini adalah ucapan Terima Kasih yang kami terima! Kami saat ini melihat kemungkinan untuk memotong semua subsidi untuk GM, termasuk... untuk mobil listrik," ucap Trump melalui cuitannya di Twitter.

Baca Juga

Dilansir Reuters pada Rabu (28/11), kata-kata kasar yang dilontarkan Trump mengguncang para investor. Akibatnya harga saham GM jatuh 2,6 persen pada perdagangan Selasa (27/11), sebagai respon terhadap pemotongan biaya pabrikan mobil tersebut.

Secara terpisah, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau meminta Trump untuk membahas tindakan yang dilakukan GM. Trump sebelumnya memang kerap 'menyerang' GM di Twitter terkait kurangnya upaya pabrikan mobil itu untuk meningkatkan lapangan kerja di Amerika Serikat.

Kini serangan itu semakin gencar setelah GM berencana untuk memangkas 15 ribu pekerja dan memberhentikan lima pabrik di Amerika Utara, termasuk empat pabrik di Amerika Serikat.

Di antara empat pabrik yang ditutup, salah satunya adalah pabrik mobil di timur laut Ohio, wilayah yang sangat penting untuk kemenangan Trump dalam kampanye presiden 2020.

Merespon komentar Trump, GM dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk "mempertahankan kehadiran manufaktur yang kuat di Amerika Serikat" setelah berinvestasi 22 miliar dolar AS sejak beroperasi pada 2009, dan akan menambah pekerjaan baru dalam bidang kendaraan listrik dan otonom.

Pemangkasan yang dilakukan akan "menempatkan perusahaan pada kesuksesan jangka panjang dan mempertahankan sekaligus menumbuhkan lapangan kerja di Amerika," kata GM, seraya menambahkan bahwa para pekerja yang terkena dampak rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan dapat pindah ke pabrik GM yang lain.

Chief Ecexutive GM Mary Barra berbicara dengan Trump selama akhir pekan untuk membahas tentang pemangkasan, dan pada Senin (26/11) dirinya berada di Gedung Putih untuk bertemu penasihat ekonomi Larry Kudlow.

Kudlow mengatakan pada wartawan pada Selasa bahwa pemerintah Amerika Serikat telah membantu GM dengan standar efisiensi bahan bakar dan peraturan lainnya.

Sementara itu, di Kanada para pekerja kembali ke jalur perakitan di pabrik GM di Oshawa, Ontario, pada Selasa (27/11), saat presiden serikat pekerja mereka bertemu dengan Perdana Menteri Trudeau dan menyatakan siap melakukan "aksi massa" di pabrik GM.

GM pada Senin (26/11) mengatakan bahwa pabrik di Oshawa akan ditutup pada Desember 2019. "Kami sedang berurusan dengan sebuah perusahaan yang tidak memiliki rasa hormat kepada para pekerja di Amerika dan Kanada, dan saya pikir kami harus memperlakukan mereka dalam 'nada' yang sama," ucap Presiden Nasional Unifor, yang mewakili pekerja GM di Kanada, Jerry Dias.

Dias menambahkan dirinya akan bertemu dengan United Auto Workers (serikat pekerja otomotif) pada Rabu, untuk membahas kemungkinan dilakukannya "aksi massa" di pabrik GM di kedua negara.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement