Kamis 22 Nov 2018 15:37 WIB

Bulog-Pemprov Jateng Siapkan Operasi Pasar Gaya Baru

Bulog akan langsung mendistribusikan beras medium ke kios, warung atau BUMdes.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja mengangkut karung berisi beras stok Rasta/Raskin (beras untuk warga prasejahtera) di Gudang Bulog Serang, Banten, Kamis (8/11/2018).
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Pekerja mengangkut karung berisi beras stok Rasta/Raskin (beras untuk warga prasejahtera) di Gudang Bulog Serang, Banten, Kamis (8/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Bulog bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng membuat terobosan akses beras kualitas medium dengan harga yang relatif terjangkau. Nantinya, masyarakat Jawa Tengah hingga pelosok pedesaan bisa menikmati beras medium ini melalui operasi pasar gaya baru, yang disiapkan hingga lingkungan rukun tetangga (RT).

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungkapkan, kerjasama dengan Bulog ini merupakan terobosan guna memutus mata rantai distribusi beras yang terlalu panjang. Selama ini 'perjalanan' beras dari petani hingga konsumen harus melewati delapan tahap. Alhasil, harga di tingkat konsumen (khususnya rumah tangga) menjadi mahal.

Mekanismenya, Bulog akan langsung mendistribusikan beras medium ke kios, warung, koperasi, atau badan usaha milik desa (Bumdes). Dengan konsep ini, harapannya harga beras bisa ditekan.

Kalau di pasar, harga beras kualitas medium bisa mencapai Rp 10 ribu dan bahkan Rp 11 ribu per kilogram, maka Bulog menetapkan harga antara Rp 8500 sampai maksimal Rp 9000 per kilogram.

"Kita pangkas itu, jadi masyarakat bisa membeli beras lebih terjangkau dengan kualitas yang baik,” katanya, usai menandatangani nota kerjasama bersama Direktur Utama (Dirut) Bulog, Budi Waseso, di gedung Gradhika Bakti Praja, Semarang, Kamis (22/11).

Kepala Bulog Budi Waseso mengatakan beras murah ini konsepnya hampir sama dengan operasi pasar guna menstabilkan harga di level konsumen. Bedanya, operasi pasar biasa dilaksanakan di pasar-pasar utama di setiap daerah, terobosan ini langsung menyentuh masyarakat hingga pedesaan.

Sumber beras yang didistribusikan menggunakan cadangan beras pemerintah. Buwas menyebut cadangan beras tersebut,saat ini mencapai 1,2 juta ton.

"Bulog menargetkan 700 ribu ton bisa diserap di Jawa Tengah melalui terobosan ini, dengan estimasi 5 ribu ton beras per hari bisa langsung didrop ke desa-desa,” ucap dia.

Pemilihan Jawa Tengah ini disebabkan karena provinsi ini telah menjadi daerah percontohan terkait keberhasilannya dalam pengendalian pangan nasional. “Maka saya tetapkan pilot project di Jateng. Saya yakin berhasil dan pasti akan menyebar ke lain daerah di tanah air ini," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement