Kamis 22 Nov 2018 09:58 WIB

Luhut Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Capai Enam Persen

Pelaku usaha diajak memanfaatkan situasi perang tarif antara AS dan Cina.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas ekspor impor.
Foto: bea cukai
Aktivitas ekspor impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terus meningkat seiring tahun. Dalam pandangan pribadinya, angka enam persen dapat dicapai Indonesia pada 2019. Angka tersebut terbilang naik signifikan dibanding dengan pencapaian tahun ini yang rata-rata berkisar di angka 5,2 persen.

Namun, Luhut menuturkan, pencapaian itu juga harus didukung kondisi ekonomi global yang membaik. Perang dagang dan sifat menutup diri negara-negara maju tidak dipungkiri memberikan pengaruh terhadap pasar berkembang seperti Indonesia.

"Kalau ekonomi global, bisa mencapai target itu," ujarnya ketika ditemui usai acara Indonesia Economic Forum di Jakarta, Rabu (21/11).

Sementara itu, Luhut menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat menyentuh rekor baru dalam kurun lima tahun mendatang. Pada 2019, ia memperkirakan, angka tujuh persen dapat dicapai Indonesia. Asalkan, ekonomi global memang mendukung iklim tersebut.

Terlepas dari tantangan yang ada, Luhut optimistis Indonesia akan terus berkembang dari sisi ekonomi. Hal ini terlihat dari respons positif pemimpin negara dalam konferensi APEC di Papua Nugini terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla.

"Mereka banyak me-refer ke Indonesia, khususnya tentang perang dagang," katanya.

Luhut menjelaskan, sebagai negara di tengah situasi perang dagang, Indonesia sebenarnya memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan nasional. Di antaranya dengan mendorong komoditas untuk ekspor sebagai pengganti produk yang tidak dapat masuk ke Amerika maupun Cina pascabea masuk impor.

Sementara itu, Sekretaris Jendral Kemendag Karyanto Suprih mengajak para pelaku usaha untuk memanfaatkan situasi perang tarif yang kini terjadi antara Amerika Serikat dan Cina. Ia memastikan, Kemendag berkomitmen akan memfasilitasi kebutuhan pengusaha.

Karyanto menjelaskan, pemanfaatan yang dimaksud adalah melalui penggenjotan ekspor produk ke dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut. "Indonesia harus siap mengatasi dampak yang ditimbulkan, termasuk memanfaatkan peluang-peluang yang muncul ini," ujarnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dalam peningkatan ekspor, banyak produk Indonesia yang memiliki potensi besar. Karyanto menyebutkan di antaranya, produk perikanan, crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah serta buah-buahan. Biodiesel 20 yang merupakan produk turunan CPO dan kini tengah digencarkan pemerintah juga berpotensi untuk dikirim ke Amerika ataupun Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement