Jumat 09 Nov 2018 23:27 WIB

Kementan Dorong Wisata Agro Berbasis Hortikultura

Wisata agro berhasil menyatukan budidaya bawah merah, cabai dengan pariwisat

Red: EH Ismail
Direktur Jenderal Hortikuktura, Suwandi saat mengunjungi wisata agro di Bantul, Jum'at (9/11)
Direktur Jenderal Hortikuktura, Suwandi saat mengunjungi wisata agro di Bantul, Jum'at (9/11)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman berkomitmen menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi menciptakan berbagai peluang bisnis berbasis agro. Berbagai kegiatan kreatif ekonomi terlihat dari tumbuhnya beragam  aktivitas di hulu - hilir, hingga bentuk penyajian produk serta sinergisme dengan sektor terkait.

Direktur Jenderal Hortikuktura, Suwandi mengatakan, mengatakan salah satu contoh pengembangan wisata agro berbasis hortikultura yakni di Bantul. Wisata agro ini berhasil mengaitkan budidaya bawah merah, cabai dan buah dengan pariwisata. Konsep pertanian terpadu pada lahan yang terbatas di Bantul ditanam bawang, sayuran, buah buahan, dan ternak sapi. Sistem pertanian integrasi dan ramah lingkungan.

“Pertanaman ditata dengan apik dan harmoni sehingga indah menjadi daya tarik wisata. Dengan pemandangan pegunungan, pengunjung dipastikan merasa betah di sini,” kata Suwandi saat mengunjungi wisata agro di Bantul, Jum'at (9/11).

Suwandi menjelaskan model seperti ini terus didorong dan direplikasi di tempat lain. Kementan memberikan fasilitas berupa bantuan bibit unggul dan sarana pendukungnya.

“Sinergisme antar sektor sesuai perannya mutlak diperlukan, sehingga diperoleh manfaat optimal baik pada sisi hulu dan hilir. Seluruh tahapan proses produksi menjadi bernilai ekonomi. Ujungnya adalah  kesejahteraan petani semakin membaik,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul,  Pulung Haryadi mengatakan hamparan bawang merah dan cabai rawit lalap dijadikan wisata agro ini cukup menantang. Tanaman musiman diatur pola tanam antar waktu dan lokasi sehingga berproduksi sepanjang waktu.

“Salah satu daya tariknya memetik dan makan cabai rawit pedas tapi tidak terasa pedas bila dimakan sekaligus batang buahnya, disamping bagus untuk selfie. Kemendagri, Kementan bersama Pemda Bantul tahun ini sudah mulai investasi dan dilanjutkan bertahap hingga lima tahun ke depan,” kata dia.

Pulung menambahkan, saat ini baru beberapa wisatawan lokal yang datang, namun dengan berbagai pembenahan. Diharapkan ke depan semakin banyak pengunjung wisatawan.

“Ini usaha cukup menguntungkan bagi para petani, pendapatan bisa diperoleh dari hasil produk, penganan olahan, kompos, maupun dari pengunjung,” tuturnya.

Melihat hasil dan manfaatnya, Pulung mengungkapkan beberapa wilayah sudah dikembangkan pertanian unik sesuai potensinya. Ada kebun anggur berwarna warni di Bambanglipuro, dikelola bagus dan diminati pengunjung.

“Alhasil Bantul dikenal sentra sayuran dan bawang merah sudah tembus pasar hingga Jabodetabek,” ungkapnya.

Ketua Kelompoktani Lestari Mulyo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Juwarimengatakan, kelompok tani menanam bawang merah di lahan seluas 105 hektar. Biaya tanam mencapai Rp 90 juta per hektare, hasilnya memuaskan yakni mencapai 16 sampai 18 ton per hektare.

“Bila dikelola semi organik biaya hanya Rp 60 juta per hektare. Kini sedang dikenalkan tanam benih biji bawang merah lokananta sehingga efisien hanya Rp 9 juta per hektare, dari pada benih umbi Rp 40 juta per hektare,” jelasnya.

Budidaya bawang merah ini mendapat bimbingan yang intensif dari balai penyuluhan Imogiri tentang penggunaan pengendalian hayati dengan light trap dan likat kuning.

“Harga di petani saat ini Rp. 12 ribu  per kg dan BEP Rp 8.700 per kg,” ujar Juwari.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement