Jumat 09 Nov 2018 17:29 WIB

Prediksi Produksi Gula 2019 Capai 2,5 Juta Ton

Ada 12 investor dalam negeri yang akan menanamkan modalnya di lahan 415 hektare.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Petani memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula, di Ngawi, Jawa Timur, Senin (21/5).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Petani memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula, di Ngawi, Jawa Timur, Senin (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksikan produksi gula tahun depan mencapai 2,5 juta ton. Itu artinya ada peningkatan 300 ribu ton dari tahun ini yang mencapai 2,2 juta ton.

"Dari target itu kita akan ada investasi untuk perbaikan 14,45 ribu hektare," kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang, Jumat (9/11).

Investasi tersebut termasuk pengembangan dan bongkar ratoon. Penanaman maupun perluasan lahan seluas 4.200 hektare memerlukan investasi sebesar Rp 34 miliar. Sementara 10.250 hektare untuk bongkar maupun perawatan ratoon yang memerlukan Rp 47 miliar di Jawa Timur, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Gorontalo, Jawa Barat, Yogyakarta, Lampung dan Sulawesi Selatan.

Ia menambahkan, untuk tahun ini pihaknya melakukan penguatan eksisting. Saat ini ada 425 ribu areal eksisting yang diyakini Bambang, jika diperkuat akan bisa mencapai swasembada gula nasional pada 2025. Pemerintah pun terus mengajak invesrtor untuk membangun industri gula di luar Pulau Jawa. 

"Saat ini mulai dari 2016, 2017, 2018 semangat dari perusahaan swasta tumbuh," katanya.

Ia melanjutkan, ada tujuh perusahaan asing yang akan berinvestasi Pabrik Gula berbasis tebu di lima wilayah yakni Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Tengah, Maluku, Sulawesi Tengah dan Jawa Timur. Investasi ini akan dilakukan 189 hektare lahan dengan nilai Rp 16,24 triliun.

Sementara ada 12 investor dalam negeri yang akan menanamkan modalnya di lahan seluas 415 hektare di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat (NTT), Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan), Blora (Jawa Tengah), Lamongan dan Blitar (Jawa Timur), Lampung Selatan (Lampung), Maluku Tenggara Barat (Maluku) juga Bombana dan Konawe Selatan di Sulawesi Tenggara. Nilai investasi mencapai Rp 25,2 triliun.

Bambang menambahkan, perbaikan sistem informasi perkebunan juga terus dilakukan pihaknya untuk menjamin satu data gula. "Ini tidak mudah karena ada banyak sumber data gula yang belum rapih datanya, sehingga tidak bisa menjadi data yang akurat untuk dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Utama Holding PTPN III (Persero) Dolly Pulungan mengatakan, jika produksi gula holding tahun ini turun. Total produksi hanya sekitar 700 ribu ton akibat anomali cuaca dari produksi sebelumnya sebesar 900 ribu ton.

"Tapi karena memang kondisi alam dan juga kurang tertariknya petani tanam tebu karena rembesnya raw sugar-nya rafinasi ke pasar kita sehingga membuat gula mereka tertekan," kata dia.

Sedangkan untuk investasi, pihaknya masih melihat potensi yang bisa digarap di Indonesia timur. "Lahan BUMN dI Kalimantan, Sulawesi, kami studi dulu, masih bisa masuk nggak terutama Sulawesi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement