REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan akan membuat 10 industri bahan baku lokal tahun depan. Produk yang dihasilkan nantinya akan digunakan sebagai bahan baku dalam industri pangan.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi mengatakan, industri bahan baku tersebut seperti produsen tepung lokal. Terdapat banyak komoditas lokal yang bisa menggantikan gandum seperti jagung, sorghum, ubi kayu, pisang, sagu dan lainnya.
Berbagai macam industri tepung tersebut disebar di 10 lokasi Indonesia tergantung ciri khasnya. "Misalnya NTT nih, itu kan kaya jagung maka kita buat industri tepung jagung di sana sebagai bahan baku industri pangan lokal berbasis jagung," katanya, Rabu (7/11).
Cara ini merupakan sebuah upaya Kementan dalam memanfaatkan dan mengembangkan pangan lokal yang ada. Seperti diketahui, kontribusi industri makanan ke Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 6,13 persen.
Teknologi pengolahan komoditas tersebut telah ada dan mampu menghasilkan produk yang diterima masyarakat. Membangun 10 industri tentunya memerlukan dana besar. Namun tidak semuanya berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tapi juga swasta.
Ia melanjutkan, Kementan telah berkomunikasi dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) terkait pembangunan industri bahan baku lokal ini. Kerja sama tersebut guna memastikan produksi yang dihasilkan terserap. "Bayangkan saja dengan produksi yang kita hasilkan bisa gantikan 10 persen dari (terigu, red) yang kita gunakan sekarang itu sudah bisa satu juta ton," ujarnya.
Tentunya, ia melanjutkan, harus ada dukungan regulasi. Regulasi berupa Peraturab Presiden (Perpres) mewajibkan industri pangan lokal menggunakan bahan baku lokal sebanyak 10 persen hingga 20 persen.
"Ini tentu akan kita garap. Disampaikan sudah naskah nya itu akan kita susun tetapi rencana untuk membangun ind berbasis bahan baku pangan lokal kita akan siapkan tahun depan," kata dia.
Untuk diketahui, ketergantungan masyarakat terhadap terigu meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan konsumsi terigu nasional yang terus meningkat, dari 15,5 kg per kapita per tahun pada 2008 menjadi 25 kg per kapita per tahun pada tahun 2018, atau meningkat 1 kg per kapita per tahunnya.
Hal ini tentunya membuat beban devisa negara semakin meningkat, mengingat bahan baku terigu yaitu gandum bukan bahan baku lokal yang dikembangkan di Indonesia.