REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada kuartal III tahun ini PT Adaro Energy, Tbk menyetor royalti sebesar 277 juta dolar AS ke Pemerintah Indonesia. Setoran ini naik 9 persen dibandingkan tahun lalu karena meningkatnya pendapatan usaha Adaro.
Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir menjelaskan pendapatan usaha Adaro Energy naik 9 persen menjadi 2,6 miliar dolar AS. Pendapatan usaha yang naik ini kata Boy, sapaan akrab Garibaldi karena harga batu bara di pasaran yang relatif tinggi sehingga bisa meningkatkan pendapatan usaha perusahaan.
“Kami mencapai hasil yang memuaskan, dengan dukungan kenaikan EBITDA operasional dan laba inti year on year sebagai hasil kinerja yang solid di seluruh pilar bisnis perusahaan," ujar Boy, Rabu (31/10).
Boy optimistis kedepan harga batu bara di pasar juga masih baik. Menurutnya, pasar batu bara masih akan tetap berkelanjutan sehingga harapannya perusahaan bisa mengantongi pendapatan yang juga besar dan bisa memberikan kontribusi kepada negara.
"Kami tetap memiliki keyakinan terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang dan terus mengeksekusi prioritas strategis untuk memastikan penciptaan nilai yang berkelanjutan dan di saat yang sama mempertahankan posisi keuangan yang sehat serta menghasilkan laba yang tinggi,” ujar Boy.
Selain mencatatkan pendapatan usaha yang naik, Boy mengatakan laba inti perusahaan juga naik 6 persen menjadi 526 juta dolar AS. Kedua pencapaian ini didorong dari kenaikan produksi batu bara Adaro sebesar 14 persen pada kuartal III tahun ini jika dibandingkan pada kuartal II.
"Pada kuartal III 2018, Adaro menghasilkan kenaikan 14 persen pada produksi batu bara dibandingkan kuartal II 2018 karena mulainya musim kemarau dan kondisi cuaca yang jauh lebih baik," ujar Boy.
Boy menjelaskan Adaro juga mencatat EBITDA operasional yang tinggi sebesar 1,06 miliar dolar AS pada Januari-September 2018. Angka tersebut naik 5 persen dari tahun sebelumnya, dengan dukungan harga jual rata-rata yang baik dan volume penjualan yang solid pada periode ini.
Akuisisi Kestrel Coal Resources
Pada tanggal 1 Agustus 2018, Adaro Energy dengan EMR Capital Ltd (EMR) – perusahaan private equity bidang pertambangan – merampungkan akuisisi terhadap kepemilikan Rio Tinto atas Kestrel Coal Mine (Kestrel) yang mencapai 80 persen. EMR dan Adaro akan secara bersama-sama mengelola dan mengoperasikan tambang Kestrel.
Boy menjelaskan setelah rampungnya transaksi tersebut, kepemilikan atas Kestrel meliputi Kestrel Coal Resources Pty Ltd (80 persen) dan Mitsui Coal Australia (20 persen). Kestrel Coal Resources Pty Ltd merupakan perusahaan patungan yang dibentuk oleh EMR (52 persen) dan AE (48 persen).
5 Produk utama Kestrel adalah batubara kokas keras berkualitas premium yang disukai konsumen premium di pasar seaborne. Produksi batubara Kestrel yang dapat dijual mencapai 0,57 metrik ton (mt) pada bulan Agustus dan 0,52 mt pada bulan September, dan Kestrel menjual 0,34 mt di bulan Agustus dan 0,44 mt pada September.
Pencapaian ini relatif stabil secara year on year karena perusahaan mengikuti rencana awal Kestrel yang ditetapkan pada awal tahun 2018.