Selasa 23 Oct 2018 08:36 WIB

Bank Sentral: Saudi Jaga Stabilitas Nilai Tukar

Nilai tukar di bawah tekanan akibat kasus pembunuhan Khashoggi.

Petugas merapihkan mata uang Saudi Riyal di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin (23/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas merapihkan mata uang Saudi Riyal di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Gubernur bank sentral Ahmed al-Kholifey mengatakan kebijakan moneter Arab Saudi adalah 'menjaga stabilitas' nilai tukar riyal. Hal ini disampaikan al-Kholifey di tengah tekanan mata uang sebagai akibat dari kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, seorang jurnalis yang menentang kebijakan-kebijakan kerajaan.

Saat ini, riyal dipatok pada 3,75 terhadap dolar AS. Kebijakan moneter kerajaan adalah untuk menjaga stabilitas nilai tukar guna menstabilkan harga.

"Peningkatan suku bunga AS biasanya membutuhkan kenaikan suku bunga lokal atau jika nilai tukar menjadi tidak stabil," kata Kholifey dalam wawancara yang dipublikasikan pada Senin (22/10).

Riyadh awalnya membantah mengetahui nasib Khashoggi sebelum mengatakan dia tewas dalam perkelahian di konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Reaksi kerajaan ini disambut dengan skeptis oleh beberapa pemerintah Barat, mengganggu hubungan dengan pengekspor minyak terbesar dunia itu.

Barat pun bereaksi atas peristiwa ini. Salah satunya adalah dengan menyetop penjualan senjata ke Arab Saudi. Hal itu dilakukan Jerman. 

Ketika berbicara kepada wartawan setelah pertemuan Uni Kristen Demokrat (CDU) di Berlin, Kanselir Jerman Angela Merkel menuntut penjelasan segera mengenai terbunuhnya Khashoggi. "Terkait ekspor senjata, hal itu tak bisa berlangsung dalam kondisi saat ini," kata Merkel.

Merkel menggarisbawahi bahwa Berlin akan mengadakan pembicaraan dengan semua mitra internasionalnya untuk mengeluarkan reaksi bersama. Khashoggi terakhir kali terlihat pada 2 Oktober, ketika ia memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Tak hanya Jerman, Kanada juga bereaksi sama. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan pada Senin (22/10) bahwa Kanada siap untuk membekukan kesepakatan senjata dengan Arab Saudi jika senjata itu terbukti telah disalahgunakan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement