Senin 22 Oct 2018 16:15 WIB

Mendag Ungkap Bawang Bima yang 'Berwisata' ke Daerah Lain

Bulog berperan menyerap bawang petani saat panen tinggi agar harga stabil.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita saat seminar nasional bertajuk
Foto: republika/muhammad nursyamsyi
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita saat seminar nasional bertajuk "Perkembangan dan Problematika Hukum Investasi dalam Era Perdagangan Bebas" yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram) dan Pengurus Wilayah NTB Ikatan Notaris Indonesia di Hotel Jayakarta, Lombok Barat, NTB, Senin (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi besar dalam sektor ekspor hasil bumi seperti bawang merah dari Bima. Enggar pun mendorong para pelaku industri makanan untuk menyerap hasil produksi bawang merah NTB.

Mendag mengaku sudah berbicara dengan Gubernur NTB Zulkieflimansyah terkait potensi bawang merah NTB. Ia mendengar NTB memiliki pertumbuhan yang baik dalam produksi bawang merah. 

Menurut Enggar, kendala utama produksi bawang merah dan juga hasil bumi lain di NTB berada pada aspek pemasaran. "(Bawang merah) bisa diekspor, sebenarnya potensi dalam negeri ini besar, tapi fluktuasi," ujar Mendag saat seminar nasional bertajuk "Perkembangan dan Problematika Hukum Investasi dalam Era Perdagangan Bebas" yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram) dan Pengurus Wilayah NTB Ikatan Notaris Indonesia di Hotel Jayakarta, Lombok Barat, NTB, Senin (22/10).

Ia menilai kondisi ini terjadi hampir di sebagian tempat di Indonesia. Saat panen berlebih, tidak ada bicara tentang penyimpanan. Persoalan terjadi pascapanen, di mana saat tidak ada panen, harga akan merangkak naik. Mendag menambahkan, banyak bawang dari NTB justru singgah di daerah lain untuk kemudian dipasarkan.

"Sekarang bagaimana supaya stabil itu yang jadi soal, saya baru tahu bawang ini berwisata dari Bima ke Brebes, dari Brebes ke tempat lain. Yang boleh berwisata itu orang, masa bawang berwisata," lanjutnya.

Ia juga menilai Perum Bulog berperan dalam menyerap hasil bawang, terutama saat harga bawang tengah anjlok. "Bulog berdasarkan ketentuan, dia harusnya menyerap kalau harga turun di bawah Rp 15 ribu sesuai dengan ketentuan, tapi nanti koordinasi karena Bulog di bawah BUMN," ucapnya.

Pada prinsipnya, kata dia, pemerintah pusat mendukung dan mendorong NTB meningkatkan ekspor ke luar negeri. Selain bawang merah, NTB juga memiliki potensi ekspor untuk kerajinan tangan dan tembaga. "Silakan (ekspor), kita dorong mereka, berapa kapasitas yang bisa disediakan," kata Enggar menambahkan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement