Sabtu 20 Oct 2018 03:14 WIB

PT PP Bukukan Kontrak Baru Rp 32 Triliun

Perolehan kontrak baru didominasi oleh proyek BUMN.

Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai resmi menambahkan aksara Bali melalui pemasangan signage di sejumlah area.  PT PP menjadi kontraktor untuk perluasan apron Bandara Ngurah Rai dengan nilai kontrak Rp 1,36 triliun.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai resmi menambahkan aksara Bali melalui pemasangan signage di sejumlah area. PT PP menjadi kontraktor untuk perluasan apron Bandara Ngurah Rai dengan nilai kontrak Rp 1,36 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan konstruksi dan investasi PT PP (Persero) Tbk membukukan kontrak baru Rp 32,45 triliun sampai akhir September 2018. Nilai ini naik 1,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 31,96 triliun.

"Sampai dengan September 2018 ini, perseroan berhasil merealisasikan perolehan kontrak baru sebesar 66 persen dari total target yang ditetapkan oleh, yaitu Rp 49 triliun pada 2018. Perseroan optimistis dapat meraih sisa kontrak baru terhadap target yang telah ditetapkan dalam sisa waktu tiga bulan," kata Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk Lukman, Jumat (19/10).

Dikatakannya, pencapaian kontrak baru sebesar Rp 32,45 triliun tersebut terdiri atas kontrak baru induk perseroan sebesar Rp 26,51 triliun (81,72 persen) dan anak perusahaan sebesar Rp 5,93 triliun (18,28 persen). Beberapa proyek yang berhasil diraih perseroan sampai September 2018 antara lain Bandara Kulon Progo sebesar Rp 5,58 triliun, Makassar New Port Tahap IB dan IC Rp 2,49 triliun, Nipa Tank Terminal Phase 2 Rp 1,53 triliun dan perluasan apron Bandara Ngurah Rai Rp 1,36 triliun. Selain itu, ada pula kontrak Scatered Duel Fuel Engine MPP 120 MW Paket 1 Rp 1,23 triliun, Scatered Duel Fuel Engine MPP 120 MW Paket 2 Rp 1,06 triliun, Dermaga Patimban Subang sebesar Rp 1,02 triliun, Pertamina Warehouse Rp933 miliar, Hotel Mandalika Paramount Rp 850 miliar, Landas pacu 3 Bandara Soekarno Hatta Section 1 Rp 726 miliar.

Sampai dengan September 2018, perolehan kontrak baru perseroan didominasi dari proyek BUMN sebesar Rp 17,12 triliun atau 52,78 persen. Sisanya merupakan proyek swasta sebesar Rp 11,05 triliun atau 34,05 persen dan proyek APBN/pemerintah sebesar Rp 4,27 triliun atau 13,17 persen dari total perolehan kontrak baru.

Perolehan kontrak baru berdasarkan jenis atau tipe pekerjaan, yaitu gedung sebesar 41,14 persen, bandar udara sebesar 18,66 persen, jalan dan jembatan sebesar 12,24 persen, pelabuhan sebesar 10,87 persen, pembangkit listrik 7,50 persen, minyak dan gas sebesar 4,73 persen. Sisanya dikontribusi oleh industri sebesar 2,66 persen, bendungan1,93 persen dan kereta api sebesar 0,27 persen.

Ditambahkan Lukman, perseroan telah melakukan prosesi penutupan atap Proyek Social Security (SS) Tower di Jakarta pada Kamis (18/10). Perseroan selaku kontraktor sekaligus pemilik proyek tersebut melalui PT Sinergi Investasi Properti optimistis dapat menyelesaikan pekerjaan pembangunan proyek Social Security Tower selama 21 bulan terhitung sejak Juli 2017 dan ditargetkan selesai pada Maret 2019. Proyek yang berlokasi di kawasan Kuningan Jakarta tersebut memiliki nilai kontrak sebesar Rp 480 miliar. 

SS Tower merupakan gedung perkantoran lantai 31 lantai terdiri atas tiga lantai basement dan 28 lantai menara. Ini merupakan proyek investasi yang dimiliki oleh PT Sinergi Investasi Properti yang kepemilikannya terdiri dari BPJS Ketenagakerjaan dan PT PP (Persero) Tbk.

Dari segi biaya, proyek itu menelan biaya investasi hingga Rp 546 miliar. Sumber pendanaannya berasal dari modal perusahaan dan pinjaman perbankan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement