Kamis 11 Oct 2018 12:00 WIB

Kementan Dukung Pengembangan Kapulaga untuk Ekspor

Produksi kapulaga terus meningkat rata-rata sebesar 15,05 persen

Red: EH Ismail
Tanaman kapulaga (zingiberaceae) dikembangkan di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Tanaman kapulaga (zingiberaceae) dikembangkan di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian mendukung pengembangan kapulaga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Hal itu dinilai penting karena berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan penambahan devisa.

“Produksi kapulaga di dalam negeri tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, namun juga untuk memenuhi permintaan ekspor dari negara-negara Timur Tengah, Mesir dan India,” kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto.

Tercatat, produksi kapulaga terus meningkat rata-rata sebesar 15,05%. Sejak 2012 hingga 2017, produksi kapulaga  berturut-turut naik mulai dari 42.973 ton, 54.171 ton, 72.851 ton, 93.121 ton, 86.144 ton dan 90.787 ton.  Volume ekspor mulai 2012 hingga  2015 sebesar 7.961 ton, 6.697 ton, 7.737 ton dan 6.245 ton.

“Kapulaga termasuk suku jahe-jahean atau zingiberaceae. Tanaman obat ini cukup mudah dalam pemeliharaannya namun tetap membutuhkan budidaya yang baik dan benar supaya dapat memperoleh hasil yang maksimal,” ujar Prihasto.

Salah satu daerah yang dikenal menjadi sentra pengembangan tanaman kapulaga adalah Kabupaten Garut, Jawa Barat. . Agroklimat dan kondisi lahan di kabupaten Garut sangat cocok untuk budidaya kapulaga.

“Minat petani terus bertambah untuk menanam. Luas tanam kapulaga tahun 2016 hanya 769 hektar, meningkat pada 2017 menjadi 1.295  hektar,” kata Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Deni Herdiana.

Uden dan Saroh, pasangan suami istri petani di Desa Mekarsari, sangat bersemangat bertanam kapulaga  karena  budidaya tidak sulit dan tidak memerlukan modal besar.   Saat ini  harga kapulaga kering dihargai  lumayan tinggi yaitu Rp 83 ribu/kg. Harga pada umumnya sekitar Rp40 ribu sampai 60 ribu/kg.  

Hal senada diungkapkan Saroh, petani di Garut. Ia biasa menanam kapulaga di bawah tegakan tanaman tahunan seperti albasia atau pisang. Lahan seluas 200 tumbak atau 3 ribu m2 dalam sekali panen dapat menghasilkan  50 - 75 kg kapulaga kering dan mampu dipanen tiga kali  dalam setahun.

“Di Garut biasa menanam kapulaga di bawah tegakan tanaman tahunan seperti albasia atau pisang. Jika rajin memberi pupuk urea dan ZA serta lahan bersih dari gulma maka tanaman kapulaga akan rajin berbuah. Ini bisa dipanen setahun tiga kali  yaitu pada September, Januari dan Mei,” kata Saroh.

Sementara itu, Ilan, salah satu pedagang pengempul besar rempah di Garut mengapresiasi perkembangan kapulaga di Kota Garut karena selain cepat, kapulaga sangat menguntungkan dan mudah untuk dijual. Pada musim panen gudangnya dapat menyerap kapulaga sekitar 1 ton/hari.

“Selain ke para pengepul, Kapulaga ini langsung diserap oleh industri jamu dan obat di dalam negeri maupun ekspor ke beberapa negara seperti, Timur Tengah, Mesir dan India,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement